Ngopi Cedak Sawah: Merayakan Kebersamaan dan Melestarikan Budaya Nusantara
Garda Jatim
... menit baca
Ngopi Cedak Sawah, Mojorayung Madiun, Rabu (2/10/2024). Foto: Gardajatim
GARDAJATIM.COM: Pada Rabu, 2 Oktober 2024, malam penuh kebersamaan berlangsung di Desa Mojorayung, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, dalam acara slametan pembukaan warung "Ngopi Cedak Sawah".
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, termasuk Babinsa dan perangkat desa setempat, yang menambah khidmat suasana. Kehadiran masyarakat dari Surabaya, Magetan, Ponorogo, Ngawi, dan Madura semakin memeriahkan syukuran tersebut.
Acara yang diselenggarakan oleh Atik dan Teddy, pemilik warung, dimulai pukul 20.00 WIB. Dalam sambutannya, Atik menyampaikan rasa syukur.
“Kami sangat berterima kasih atas kehadiran semua pihak. Kita berkumpul di sini tidak hanya untuk meresmikan warung ini, tetapi juga untuk merayakan kebersamaan dan melestarikan budaya yang menjadi identitas Nusantara,” Ujarnya.
Tunjung, budayawan dan pendiri komunitas Suruh Nusantara, juga hadir dan menegaskan pentingnya menjaga budaya.
"Budaya bukan hanya warisan dari leluhur, tetapi amanah yang harus kita rawat dan lestarikan bersama. Ini tanggung jawab kita untuk memastikan nilai-nilai luhur Nusantara tetap hidup dalam keseharian," ungkapnya.
Ahli sejarah, Lahar dari lereng Gunung Lawu dan Totok dari lereng Gunung Wilis, turut memberikan penjelasan mengenai filosofi tumpeng yang disajikan.
Menurut Lahar, tumpeng melambangkan hubungan harmonis antara manusia dan alam.
"Bentuk kerucutnya mengingatkan kita kepada Sang Pencipta, sementara nasi yang diletakkan di sekeliling melambangkan kebersamaan dan persaudaraan," jelasnya.
Warung "Ngopi Cedak Sawah" tidak hanya menjadi tempat minum kopi, tetapi juga ruang berkumpul bagi masyarakat untuk mendalami nilai-nilai budaya yang diajarkan oleh komunitas Suruh Nusantara.
Komunitas ini berkomitmen melestarikan ajaran leluhur yang mengedepankan kearifan lokal, keramahan, dan gotong royong.
“Kami berharap warung ini menjadi tempat di mana masyarakat bisa saling bertukar pikiran dan belajar sambil menikmati secangkir kopi,” tutup Atik.
Harapannya, warung ini menjadi titik pertemuan bagi semua kalangan untuk berdialog tentang pelestarian budaya Nusantara.
Acara ditutup dengan pemotongan tumpeng sebagai tanda syukur, disertai doa yang dipimpin oleh Lahar dan Totok. Melalui "Ngopi Cedak Sawah", diharapkan masyarakat terus menjaga nilai-nilai budaya dan menjadikan warung ini sebagai simbol kebangkitan kearifan lokal yang hidup dalam setiap jiwa.
Dengan semangat kebersamaan, warung ini berkomitmen untuk terus menjadi ruang inspirasi dan pelestarian budaya bagi generasi mendatang. Mari kita jaga warisan leluhur agar tetap hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Muzayyinnur
Editor: Redaksi
Sebelumnya
...
Berikutnya
...