-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
DIRGAHAYU BHAYANGKARA ke-79 - POLRI UNTUK MASYARAKAT
[getWidget results='3' label='comments' type='list']

Kebo Bule dan Pusaka Sakral Iringi Kirab 1 Suro di Kraton Surakarta

Pusaka utama Karaton Surakarta Hadiningrat yang dibawa oleh Putra Mahkota Karaton Surakarta Hadiningrat KGPAA Hamangkunagoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram. (Foto: doc. Gardajatim.com)

GARDAJATIM.COM
: Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar Kirab Pusaka 1 Suro, Kamis (26/6/2025) malam. 

Tradisi sakral ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro (1 Muharam) Tahun Je 1958 dan disaksikan ribuan warga yang memadati kawasan Kraton.

Prosesi kirab dimulai pukul 20.00 WIB dari dalam Kraton melalui pintu Kori Kamandungan.

Kirab diawali dengan doa wilujengan di Sasana Maligi yang dipimpin ulama Kraton sebagai wujud syukur dan permohonan keselamatan.

Putra Mahkota KGPAA Hamengkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram memimpin langsung prosesi dengan membawa salah satu pusaka utama Kraton. 

Kirab semakin khidmat dengan kehadiran lima ekor kebo bule, termasuk Kanjeng Kyai Slamet yang berada di barisan terdepan sebagai simbol keselamatan dan keberkahan.

Sejumlah pusaka sakral juga diarak dalam kirab tersebut. Total tujuh dari 13 pusaka utama Kraton turut ditampilkan dalam prosesi, masing-masing memiliki nilai sejarah dan makna simbolis yang kuat sebagai lambang peradaban, keberanian, dan kebijaksanaan leluhur.

Raja Surakarta SISKS Pakoe Boewono XIII, keluarga Kraton, para abdi dalem, dan Sentono Dalem turut hadir dalam kirab tersebut.

Prosesi juga diikuti oleh sejumlah tokoh nasional, di antaranya Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Gubernur Jawa Tengah Muhammad Lutfi, Wali Kota Surakarta Respati Ardi, dan Wakil Wali Kota Astrid.

Kebo bule (Kanjeng Kyai Slamet) sebagai cucuk lampah (pembuka jalan) dalam prosesi Kirab Pusaka 1 Suro Karaton Surakarta Hadiningrat.

Pengageng Sasana Wilapa, KPA Danni Nur Adiningrat menegaskan bahwa Kirab 1 Suro bukan hanya kegiatan adat, tetapi juga memiliki makna spiritual.

“Malam 1 Suro menjadi momen refleksi untuk mengevaluasi diri dan menyusun niat kebaikan di tahun yang baru,” ujarnya.

Danni berharap kirab ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai dan melestarikan budaya. 

“Budaya adalah benteng pertahanan kita dari pengaruh luar. Kami ingin tradisi seperti ini tetap hidup dan menjadi kebanggaan bersama,” tegasnya.

Kirab Pusaka 1 Suro merupakan agenda tahunan yang menjadi ikon budaya Kraton Surakarta dan selalu menarik perhatian masyarakat serta wisatawan dari berbagai daerah. (Tim/Fjr)


Editor: Redaksi
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar
[getBlock results="4" label="Kesehatan" type="col-left"]






Iklan layanan masyarakat