Barikan, Tradisi Kuno Penuh Filosofi dalam Hadeging Nagari Kraton Surakarta
Garda Jatim
... menit baca
![]() |
Makna Filosofis Barikan dalam Upacara Hadeging Nagari Kraton Surakarta | Senin, 14 Juli 2025 | Foto : Dok. (IB) |
GARDAJATIM.COM : Dalam rangka memperingati 289 tahun berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, upacara Pengetan Adeging Nagari digelar pada Minggu (13/7/2025) di Kagungan Dalem Sasana Parasedya, Kraton Surakarta Hadiningrat.
Salah satu momen penting dalam prosesi ini adalah tradisi Barikan, sebuah simbol ungkapan syukur sekaligus tolak bala yang terus dilestarikan secara turun-temurun.
Upacara dipimpin Raja Kraton Surakarta SISKS Pakoe Boewono XIII, didampingi Prameswari Dalem GKR Pakoe Boewono, serta dihadiri keluarga, kerabat, dan ratusan abdi dalem dari berbagai daerah.
Setelah penjelasan sejarah singkat oleh Pengageng Parentah Kraton, KGPH Adipati Drs. Dipokusumo, acara dilanjutkan dengan pembagian Jenang atau Bubur Suran yang khas bulan Suro.
![]() |
Barikan di Pengetan Hadeging Nagari Kraton Surakarta Hadiningrat 2025 (warsa Dal 1959) |
Kemudian, Raja Pakoe Boewono XIII membagikan Barikan, yang kali ini berupa dlingo, dengle untuk boreh, serta ramuan jamu tradisional dari jahe, sereh, kencur, cengkeh, kapulaga, secang, kunir putih, gula jawa, dan jeruk nipis.
“Peringatan ini menjadi bagian dari perjalanan sejarah panjang kraton-kraton di tanah Jawa, dan setiap tahun selalu kami selenggarakan di bulan Suro,” ujar KGPH Adipati Dipokusumo.
Lebih lanjut, Dipokusumo menjelaskan bahwa Barikan merupakan simbol ungkapan syukur masyarakat Jawa yang dikenal sebagai homosimbolikum — manusia yang selalu menggunakan simbol dari lingkungannya.
“Barikan itu bisa berupa bahasa, benda, atau apa saja yang menimbulkan makna. Karena masyarakat Jawa dikenal sebagai homosimbolikum, manusia yang selalu menggunakan simbol dari lingkungannya,” tambahnya.
Pada kesempatan ini, Barikan memuat polo kependem, polo kesampar, dan polo gumantung. Ketiganya mengandung filosofi mendalam:
* Polo kependem melambangkan asal usul kehidupan,
* Polo kesampar menggambarkan perjalanan hidup,
* Polo gumantung menjadi simbol harapan untuk kembali kepada Sang Pencipta.
“Dalam budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Surakarta, ini sesuai dengan falsafah Sangkan Paraning Dumadi, Dumadining Sangkan Paran; kita berasal dari mana, dan akan kembali ke mana,” terang Dipokusumo.
Tradisi Barikan selain menjadi ungkapan syukur atas hasil bumi, juga berfungsi sebagai doa bersama agar keselamatan dan keberkahan senantiasa menyertai hingga tahun mendatang. (Arg)
Editor: Redaksi
Sebelumnya
...
Berikutnya
...