Festival Desa Sukorejo Nyawiji Jadi Ajang Lestarikan Budaya dan Alam

![]() |
Ritual penjamasan kain merah putih di petilasan Pangeran Diponegoro menjadi simbol doa dan penghormatan dalam Festival Sukorejo Nyawiji. (Foto: Istimewa) |
Tak sekadar perayaan kemerdekaan, festival ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan kreativitas sekaligus menjaga warisan budaya dan kelestarian alam.
Sejak pagi, lapangan desa sudah dipenuhi warga dari berbagai penjuru. Suasana meriah semakin terasa ketika 30 RT se-Desa Sukorejo menampilkan pawai budaya dengan busana unik, kreasi buceng porak, serta gerakan yang kompak dan penuh makna.
![]() |
Kepala Desa, Supriyanto, S.Sos., beserta Ketua PKK Sukorejo. |
Sepanjang rute menuju Taman Sukosewu, masyarakat berjejer menyaksikan dengan antusias, sesekali memberikan tepuk tangan meriah.
Rangkaian festival dimulai dengan upacara bendera, lalu dilanjutkan pawai budaya, ritual penjamasan kain merah putih yang dililitkan pada pohon utama di petilasan Pangeran Diponegoro, hingga doa bersama.
Simbolisasi itu menjadi pesan agar perjuangan para pahlawan senantiasa dikenang sekaligus meneguhkan komitmen menjaga alam.
![]() |
Kirab budaya diikuti warga masyarakat Desa Sukorejo. |
Acara puncak ditandai dengan pemotongan tumpeng dan Buceng Porak yang dipimpin langsung oleh Kepala Desa Sukorejo, Supriyanto, S.Sos.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa festival ini bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga identitas desa.
“Kegiatan ini akan terus dikembangkan untuk membuat desa lebih maju dan budaya tetap dilestarikan,” tegas Supriyanto.
Sementara itu, Sekretaris Desa sekaligus Ketua Panitia, Nuur Agung, S.T., juga mengapresiasi kekompakan seluruh elemen masyarakat.
![]() |
Porak buceng oleh ribuan warga Desa Sukorejo. |
Selain menghadirkan tontonan budaya, festival ini juga memberi pesan penting menjaga Taman Sukosewu sebagai aset berharga.
Dengan dukungan warga, taman tersebut diharapkan tetap asri dan menjadi ruang publik yang membanggakan.
Bagi masyarakat, festival ini lebih dari sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi momen silaturahmi, ruang berekspresi, sekaligus pengingat bahwa budaya dan alam adalah warisan yang harus dijaga bersama.
Penulis: Yukla Latifah, S.I.Kom
Anggota BPD Sukorejo
Editor: Redaksi