Atika Banowati Tegas: Generasi Z Harus Jadi Obat Bagi Prasangka Sosial

Redaksi
... menit baca
![]() |
Suasana seminar solosemiran bersama Hj. Atika Banowati yang diikuti antusias pemuda dan mahasiswa di Ponorogo. (Foto: doc. Gardajatim.com) |
Pernyataan itu disampaikan dalam seminar bertema “Peran Pemuda dalam Mewujudkan Toleransi dan Solidaritas Sosial” pada Minggu (28/9/2025).
Seminar ini menghadirkan Wakil Rektor INSURI Ponorogo, Dr. Arik Dwijayanto, S.H.I., M.A., serta akademisi dari UIN sebagai narasumber.
Puluhan peserta dari kalangan mahasiswa dan komunitas pemuda, serta Anggota DPRD Kabupaten Ponorogo, Kateni, S.H., Kades Jambon, Munarsih, mengikuti kegiatan yang berlangsung di Aula Balai Desa Jambon.
![]() |
Hj. Atika Banowati saat menyampaikan sambutan dalam seminar peran pemuda mewujudkan toleransi dan solidaritas sosial. |
Dalam sambutannya, Atika menyebut seminar sosial atau solosemiran merupakan salah satu program DPRD Jatim yang kini menjadi primadona.
Menurutnya, kegiatan ini dirancang untuk mendekatkan wakil rakyat dengan masyarakat, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa.
“Komunitas Gen Z adalah penerus. Saya berharap peserta tidak apriori terhadap kejadian-kejadian yang sudah terjadi di Indonesia,” kata Atika.
Ia juga menekankan agar masyarakat, khususnya pemuda, tidak memiliki pandangan negatif terhadap wakil rakyat.
“Tidak semua anggota dewan seperti yang dibayangkan. Ibaratnya, susu sebelanga rusak karena nila setitik,” tegasnya.
Sementara itu, Arik menegaskan, toleransi sejati bukan hanya soal hidup rukun, tetapi juga kemampuan aktif menghargai perbedaan.
“Belum tentu kita benar-benar toleran kalau masih ada prasangka dan diskriminasi. Toleransi diuji bukan saat kita setuju, melainkan saat berbeda,” ujarnya.
![]() |
Dr. Arik Dwijayanto saat memaparkan materi tentang peran pemuda dalam menjaga toleransi dan solidaritas sosial. |
Menurutnya, hasil survei PPIM UIN Jakarta 2020 menunjukkan narasi intoleran masih dominan di media sosial, mencapai 67,2 persen.
Sementara itu, pandangan intoleran juga tumbuh di masyarakat, seperti penerapan syariat Islam dalam bernegara (91,23%) dan dukungan pada konsep kekhalifahan (61,92%).
Lanjut Arik, pemuda memiliki peran penting sebagai duta toleransi. Mereka dapat menjadi penengah konflik politik desa, membentuk ruang kreatif inklusif, hingga menggerakkan solidaritas sosial.
“Toleransi sejati harus dihidupkan dalam tindakan, bukan hanya jargon,” tutupnya. (Fjr)
Sebelumnya
...
Berikutnya
...