Ketua IPSI Ngawi Tegaskan Peran Strategis Komunikasi dan Media Sosial dalam Mencegah Konflik Perguruan | Jumat 23 Mei | Foto : (dok.ist)
GARDAJATIM.COM: Untuk menjaga kondusivitas antar perguruan pencak silat di Kabupaten Ngawi, sinergi terus dibangun oleh para tokoh pencak silat bersama jajaran pemerintah daerah.
Salah satu bentuk nyata upaya ini diwujudkan melalui Sarasehan Perguruan Pencak Silat yang digelar pada Rabu malam, 21 Mei 2025, di Rumah Makan Joglo, Kota Ngawi.
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, Kapolres Ngawi AKBP Charles Pandapotan Tampubolon, Dandim 0805 Ngawi Letkol Arh Setu Wibowo, serta Ketua IPSI Cabang Ngawi Dwi Rianto Jatmiko.
Selain itu, hadir pula perwakilan dari seluruh perguruan pencak silat yang ada di Ngawi.
Dalam sambutannya, Ketua IPSI Dwi Rianto Jatmiko menekankan pentingnya komunikasi aktif antarperguruan sebagai pondasi menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Ngawi.
Ia menyampaikan bahwa sebagai langkah strategis, telah dibentuk Satgas Kertonegoro, yang terdiri dari satuan pengaman internal masing-masing perguruan.
“Alhamdulillah di Kabupaten Ngawi, terbentuk pertama kali di Jawa Timur, satgas yang melibatkan seluruh perguruan pencak silat. Tujuannya adalah, bagaimana agar kita memiliki kecepatan terhadap menyikapi beberapa permasalahan yang muncul antar perguruan pencak silat itu. Harapan kita melalui satgas ini, masing-masing jika ada permasalahan yang muncul dan berpotensi bermasalah antar perguruan, bisa diatasi dengan baik,” jelas Dwi Rianto Jatmiko.
Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Ngawi itu berharap kegiatan seperti sarasehan dapat disosialisasikan secara menyeluruh hingga ke tingkat paling bawah, baik di tingkat ranting maupun rayon.
“Saya juga berharap, seluruh kegiatan baik ini bisa disampaikan atau disosialisasikan ke seluruh anggota baik di tingkat ranting maupun rayon atau desa. Sehingga apa yang disampaikan oleh Kapolres dan Dandim, terkait kondusifitas keamanan bisa tersampaikan juga ke seluruh anggota perguruan pencak silat. Ini adalah semata-mata upaya kita sebagai anggota organisasi pencak silat, yang juga merupakan bagian dari masyarakat. Dan di Ngawi ada 11 perguruan pencak silat yang diharapkan juga bertanggung jawab untuk memberikan rasa aman, nyaman, tentram, terhadap masyarakat,” terangnya.
Tak hanya itu, Antok, yang juga menjabat sebagai Ketua PSHT Cabang Ngawi, turut menyoroti peran media sosial yang kerap menjadi pemicu konflik antaranggota perguruan. Ia menegaskan pentingnya pembinaan internal untuk menghindari provokasi digital.
“Kami mengharapkan kepada seluruh pengurus perguruan pencak silat, untuk melakukan pembinaan terhadap anggotanya, utamanya dalam menggunakan media sosial. Jadi ini sangat penting sekali, karena kasus yang muncul di Kabupaten Ngawi, ini mayoritas adanya benturan–benturan itu, paling banyak adanya provokasi yang beredar di media–media sosial. Dan untuk penanganan, saya harapkan peran dari Satgas Kertonegoro, untuk bisa mengantisipasi terkait dengan perihal berikut,” tambahnya.
Melalui forum sarasehan ini, diharapkan seluruh elemen pencak silat di Ngawi dapat terus menjaga kekompakan dan kedamaian, serta berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis. (Arg/Hms)
Editor: Redaksi
Posting Komentar