GARDAJATIM.COM: Semangat melestarikan budaya Reyog terus dikobarkan oleh Group Kencana Dewi Hotel. Grup yang dikomandoi Sugiri Heru Sangoko ini memastikan siap tampil dalam Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXX Tahun 2025 yang akan digelar di Panggung Utama Aloon-Aloon Ponorogo, Senin (23/6/2025). Mereka menargetkan bisa mempertahankan prestasi tahun lalu yang berhasil meraih juara ketiga.
“Kami berlatih enam hari dalam seminggu. Tahun lalu kami berhasil meraih juara 3, harapan kami bisa mempertahankan posisi, syukur-syukur bisa naik peringkat,” ujar Sugiri Heru Sangoko saat ditemui awak media, Sabtu (21/6/2025).
Grup Kencana Dewi Hotel dijadwalkan tampil di sesi keempat dari 42 grup peserta yang turut berpartisipasi tahun ini.
Heru menilai kompetisi akan berlangsung sangat ketat karena jumlah peserta meningkat dan kualitas penampilan masing-masing grup semakin baik.
“Persaingan tahun ini jelas lebih berat, tapi kami tidak takut. Justru itu jadi penyemangat untuk tampil maksimal,” imbuhnya.
Konsistensi latihan intensif sudah dilakukan sejak tiga bulan terakhir. Meskipun berasal dari sektor usaha perhotelan, Sugiri dan tim menunjukkan keseriusan tinggi dalam menjaga eksistensi budaya lokal.
“Kami ingin membuktikan bahwa dunia usaha pun bisa ikut menjaga tradisi. Bukan cuma menggerakkan ekonomi, tapi juga ikut melestarikan seni dan budaya Reyog,” tambahnya.
Latihan keras dan kedisiplinan menjadi kunci kekuatan grup ini. Setiap anggota, dari berbagai usia, terus dibina untuk menjaga semangat dan kekompakan.
Meski tantangan seperti waktu latihan yang terbatas dan tenaga yang harus dibagi dengan aktivitas lain menjadi kendala, Heru menyebut semangat gotong royong jadi penopang utama.
“Kalau tidak ada cinta pada Reog, tidak mungkin kami bisa sampai di titik ini. Ini bukan soal panggung saja, tapi soal tanggung jawab menjaga warisan Ponorogo,” tegasnya.
Partisipasi Group Kencana Dewi Hotel di FNRP XXX tahun ini bukan hanya ajang unjuk kebolehan, melainkan juga simbol komitmen dari pelaku usaha yang ikut menjaga nyala seni tradisi.
Di tengah derasnya arus globalisasi, kehadiran mereka menjadi penanda bahwa kecintaan terhadap budaya lokal masih kuat dan hidup. (Fjr)
Editor: Redaksi
Posting Komentar