-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Raja Pakoe Boewono XIII Pimpin Doa Kiblat Sekawan di Cemoro Kandang

Abdi Dalem dan keluarga Kraton mengikuti prosesi doa bersama dalam rangkaian tradisi Kiblat Sekawan di Cemoro Kandang. (Foto: NEM/IB)
GARDAJATIM.COM
: Sri Susuhunan Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan (SISKS) Pakoe Boewono XIII, Raja Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, memimpin langsung prosesi doa dalam tradisi Wilujengan Kiblat Sekawan di Gerbang Pendakian Cemoro Kandang, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Kamis (3/7/2026).

Tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Bulan Sura 2025 atau 1959 Dal dalam penanggalan Jawa.

Prosesi Wilujengan Kiblat Sekawan memiliki makna penting bagi Kraton Surakarta sebagai bentuk penjagaan spiritual terhadap empat penjuru arah yang diyakini sebagai penyangga kekuatan dan eksistensi Kraton.

Dalam prosesi tersebut, suasana sakral dan khidmat begitu terasa. Doa bersama atau wilujengan dipimpin oleh ulama Kraton, diikuti oleh sekitar 50 Abdi Dalem, keluarga Kraton, Sentana Dalem, serta kerabat dekat. 

Mereka memanjatkan harapan keselamatan, ketenteraman, dan keharmonisan bagi alam semesta dan seluruh masyarakat.

GKR Pakoe Boewono dan ketiga putrinya yakni, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, GRAy Devi Lelyana Dewi, dan GRAy Dewi Ratih Widya Sari.
Raja Pakoe Boewono XIII hadir didampingi oleh Permaisuri GKR Pakoe Boewono dan ketiga putrinya yakni, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, GRAy Devi Lelyana Dewi, dan GRAy Dewi Ratih Widya Sari. 

Kehadiran keluarga raja menegaskan pentingnya prosesi ini, tidak hanya sebagai pelestarian budaya, tetapi juga sebagai ritual spiritual yang menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

KGPH Adipati Dipokusumo selaku Pengangeng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta menjelaskan bahwa Kiblat Sekawan merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap Bulan Sura.

Empat lokasi yang menjadi titik penting dalam tradisi ini meliputi Gunung Lawu (timur), Pantai Parangkusumo (selatan), Gunung Merapi (barat), dan Alas Krendowahono (utara).

"Tradisi ini bukan hanya penghormatan kepada leluhur, tetapi juga menjadi bentuk spiritual masyarakat Jawa untuk menjaga harmoni dengan alam dan memohon keselamatan bagi seluruh umat," jelas KGPH Dipokusumo di sela kegiatan.

Setelah prosesi di Cemoro Kandang, rangkaian tradisi Kiblat Sekawan akan dilanjutkan ke tiga titik lainnya sebagai bagian dari upaya menjaga kesinambungan spiritual Kraton dan masyarakat. (Fjr)


Editor: Redaksi
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar