-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Reformasi dan Lestarikan Budaya Tradisional, Pemdes Punjung Tutup Perayaan HUT ke-80 RI dengan Langen Tayub Janggrung

Gelaran budaya tradisional Langen Tayub Janggrungan dalam rangka memperingati HUT RI ke-80 di Desa Punjung, Kecamatan Kebonagung, Sabtu (30/8/2025). (FOTO : Eko Purnomo/gardajatim)

GARDAJATIM.COM: Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PPHBN) Desa Punjung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan menggelar acara budaya tradisional Langen Tayub Janggrungan sebagai penutup rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-80 tahun pada Sabtu (30/8/2025) malam.

Selain untuk memeriahkan hari kemerdekaan, acara ini sekaligus juga untuk melestarikan budaya kesenian tradisional Jawa, khususnya tarian Tayub atau Langen Beksan.

Panjak/Niyogo Langen Tayub Janggrungan di Desa Punjung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

Kegiatan ini dihadiri oleh Camat Kebonagung, para kepala desa tetangga, seluruh unsur perangkat desa, puluhan paguyuban Langen Beksan dari berbagai desa serta warga masyarakat pecinta kesenian tari Langen Beksan.

Meski demikian, warga masyarakat umum pun juga turut antusias hadir menyaksikan gelaran kesenian tersebut. 


Plt. Camat Kebonagung, Udin Wahyudi, S.Sos., mengatakan bahwa budaya tayub adalah seni budaya Jawa yang harus dilestarikan. Akan tetapi ia mengingatkan perlu adanya reformasi terhadap pelaksanaan kegiatan tayub yang selama ini syarat dengan minuman keras dan perilaku yang kurang pantas.

" Yang mencoreng budaya tayub, dulu disusupi dengan minum minuman keras dan memberikan uang melalui payudara sinden (ledek) yang kurang etis bagi adat timur," ujar Udin dalam sambutanya.

Ia menambahkan, saat ini hampir semua desa yang ada di Kecamatan Kebonagung melestarikan budaya tayub. Menurutnya seni tayub adalah ajang silaturahmi dengan penuh kebersamaan dan guyup rukun.

"Kesenian Tayub ini mari kita maknai sebagai ajang silaturahmi para seniman dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan Jawa yang penuh kebersamaan dan guyub rukun," tandasnya.


Acara ini selain sebagai wahana hiburan masyarakat, juga membawa dampak ekonomi yang luar biasa. 

Hal itu terlihat dari penjualan para pedagang makanan dan minuman yang berada dilokasi acara. Para pengunjung yang hadir ramai membeli barang dagangan, diperkirakan omsetnya mencapai jutaan rupiah. (Eko)
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar