Istana Anggun Bersejarah! Inilah Fakta Tersembunyi Sasana Narendra, Rumah Resmi Raja Surakarta!

Redaksi
... menit baca
![]() |
Sasana Narendra Karaton Surakarta. (Foto: TMDC KKSH) |
Bangunan yang kini menjadi rumah resmi SISKS. Pakoe Boewono XIII itu ternyata memiliki akar sejarah mendalam yang berawal dari masa pemerintahan Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakoe Boewono X (P.B. X).
Sasana Narendra awalnya dikenal dengan nama Dalem Nganjrah Sari, sebuah kediaman yang dibangun oleh Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Minulya saha Ingkang Wicaksana P.B. X untuk Garwa Prameswari Dalem, Gusti Kanjeng Ratu Pakoe Boewono, permaisuri pertama beliau yang merupakan putri KGPAA. Mangkoenagoro IV dengan nama timur BRA. Soemarti. Sang permaisuri tercatat tinggal di rumah ini hingga wafat di usia 64 tahun.
Bangunan ini kemudian disebut Dalem Nganjras yang tidak dihuni sebagai kediaman. Selanjutnya digunakan sebagai Sekolah Keputren bagi putri-putri raja. Para gurunya adalah dari kalangan barat untuk mengajar kelas menjahit, menenun, memasak, Bahasa Belanda, dan Bahasa Inggris.
Nama Nganjrah Sari berasal dari Basa Jawa yang berarti keasrian yang tersebar. Dalem Nganjras kemudian mengalami kerusakan berat karena tak lagi dihuni.
Atas Dhawuh Dalem SISKS. P.B. XII, bangunan tersebut direvitalisasi dengan penuh kehati-hatian. Setiap detail, mulai dari material hingga desain, diupayakan menyerupai bentuk aslinya.
Revitalisasi selesai bertepatan dengan tumbuk yuswa 10 windu SISKS. P.B. XII, dan diserahkan kembali kepada pihak keraton pada Senin malam Selasa Legi 21 Pasa warsa Dal 1935 atau 25 November 2002.
Pada saat itulah nama Dalem Nganjrah Sari resmi diubah menjadi Kagungan Dalem Sasana Narendra.
Sejak diresmikan, Sasana Narendra menjadi tempat tinggal resmi SISKS. Pakoe Boewono XII, dan dilanjutkan oleh SISKS. Pakoe Boewono XIII hingga saat ini.
Tidak hanya sebagai kediaman, bangunan ini juga kerap digunakan untuk acara resmi maupun semi-resmi kerajaan, serta menjadi tempat penting bagi sang raja dalam menerima tamu kehormatan dan berdiskusi tentang masa depan karaton.
Secara arsitektur, Sasana Narendra merepresentasikan gaya Indische dengan sentuhan kolonial modern yang populer di Nusantara pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Gaya ini mencerminkan pandangan terbuka dan visioner P.B. X, yang berani memadukan unsur budaya Jawa dengan pengaruh arsitektur Barat.
Kini, Sasana Narendra bukan hanya simbol kekuasaan, melainkan juga penanda warisan budaya dan kebijaksanaan raja-raja Surakarta. Megah, bersejarah, dan sarat makna, istana anggun ini menjadi saksi perjalanan panjang tradisi keraton yang terus hidup di tengah perubahan zaman.
Sumber Kepustakaan:
Adhyaksa, Sri. dkk. (2003). Sasana Narendra Surakarta: Yayasan
Karaton Surakarta Hadiningrat.
Poerwadarminta, WJS. (1939), Baoesastra Djawa. Batavia:
Uitgevers-Maatschapij N.V. Groningen.
Tamimi, Nadhil. dkk. (2020). Tipologi Arsitektur Kolonial di Indonesia.
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan. Vol. 10 (1), 47.
Sebelumnya
...
Berikutnya
...