Atika Banowati Dorong Pelestarian Reog Lewat Penguatan Pariwisata di Tugurejo
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Suasana sosialisasi pelestarian Reog Ponorogo bersama Hj. Atika Banowati di Balai Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung. (Foto: doc. Gardajatim.com) |
Turut hadir Anggota DPRD Ponorogo dari Fraksi Golkar, Eko Priyo Utomo, Camat Slahung Nur Huda Rifai beserta Sekcam, Kepala Desa Tugurejo Siswanto, perwakilan Yayasan Reog Ponorogo, seniman-seniwati, serta tokoh masyarakat lainnya.
Desa Apresiasi Upaya Pelestarian Reog
Kepala Desa Tugurejo, Siswanto, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas digelarnya kegiatan ini.
Menurutnya, Reog Ponorogo semakin berkembang dan semakin diakui, terutama setelah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh ICH UNESCO.
“Kita yang di desa menyambut baik. Reog adalah jati diri Ponorogo. Pengembangannya terus kita lakukan di Tugurejo,” ujar Siswanto.
Ia juga menyampaikan keluhan terkait keterbatasan anggaran desa pada tahun mendatang sehingga beberapa pembangunan kemungkinan tidak dapat dilaksanakan. Ia berharap Atika dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi tersebut.
Camat Slahung: Pelestarian Perlu Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Camat Slahung, Nur Huda Rifai, menegaskan bahwa kegiatan seperti ini merupakan peluang penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi Reog Ponorogo.
“Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi. Ke depan, kegiatan budaya, khususnya Reog, harus terus kita gelar,” ujarnya.
Eko Priyo: Kreativitas Dibutuhkan di Tengah Keterbatasan Anggaran
Sejalan dengan Camat dan Kepala Desa, Eko Priyo Utomo turut menyoroti kondisi keuangan pemerintah yang sedang terbatas.
“Semoga ide-ide kreatif muncul di tengah kondisi keuangan seperti ini,” ujarnya.
Atika Banowati: Reog Harus Lestarikan Kesenian dan Sejahterakan Senimannya
Dalam sambutannya, Hj. Atika Banowati menegaskan bahwa pelestarian Reog tidak hanya soal menjaga seni, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para pelaku seninya.
“Saya punya gambaran, Ponorogo ini ke depan bisa seperti Bali. Di sana setiap hari ada pertunjukan tari, begitu juga Reog seharusnya bisa tampil setiap hari. Ini bisa meningkatkan kesejahteraan para seniman,” ungkapnya.
Terkait keluhan Kepala Desa, Atika menyatakan telah mencatatnya dan akan membawanya ke pembahasan bersama komisi terkait.
Pakar Budaya Tekankan Tiga Isu Utama Reog Ponorogo
Sementara itu, Muhammad Masrovicky Maulana, M.Ag., pakar seni budaya dari Karang Taruna Ponorogo, yang menjadi narasumber dalam rangkaian kegiatan sosialisasi pelestarian Reog, menegaskan adanya tiga isu mendesak yang perlu dibenahi.
Pertama, perlunya inventarisasi data pelaku seni yang hingga kini belum memiliki basis data tunggal.
Kedua, minimnya apresiasi dan perlindungan terhadap pelaku seni, yang menurutnya masih jauh dari ideal.
Ketiga, keberlanjutan kegiatan budaya yang memerlukan dukungan pemerintah dan keterlibatan aktif masyarakat.
Kegiatan sosialisasi di Desa Tugurejo ini menjadi langkah penting dalam memperkuat komitmen pelestarian Reog Ponorogo sekaligus mendorong pengembangan pariwisata berbasis budaya.
Melalui sinergi pemerintah, seniman, dan masyarakat, diharapkan Reog dapat terus berkembang dan memberi dampak nyata bagi kesejahteraan warga Ponorogo.
“Kita yang di desa menyambut baik. Reog adalah jati diri Ponorogo. Pengembangannya terus kita lakukan di Tugurejo,” ujar Siswanto.
Ia juga menyampaikan keluhan terkait keterbatasan anggaran desa pada tahun mendatang sehingga beberapa pembangunan kemungkinan tidak dapat dilaksanakan. Ia berharap Atika dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi tersebut.
Camat Slahung: Pelestarian Perlu Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Camat Slahung, Nur Huda Rifai, menegaskan bahwa kegiatan seperti ini merupakan peluang penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi Reog Ponorogo.
“Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi. Ke depan, kegiatan budaya, khususnya Reog, harus terus kita gelar,” ujarnya.
Eko Priyo: Kreativitas Dibutuhkan di Tengah Keterbatasan Anggaran
Sejalan dengan Camat dan Kepala Desa, Eko Priyo Utomo turut menyoroti kondisi keuangan pemerintah yang sedang terbatas.
“Semoga ide-ide kreatif muncul di tengah kondisi keuangan seperti ini,” ujarnya.
Atika Banowati: Reog Harus Lestarikan Kesenian dan Sejahterakan Senimannya
Dalam sambutannya, Hj. Atika Banowati menegaskan bahwa pelestarian Reog tidak hanya soal menjaga seni, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para pelaku seninya.
“Saya punya gambaran, Ponorogo ini ke depan bisa seperti Bali. Di sana setiap hari ada pertunjukan tari, begitu juga Reog seharusnya bisa tampil setiap hari. Ini bisa meningkatkan kesejahteraan para seniman,” ungkapnya.
Terkait keluhan Kepala Desa, Atika menyatakan telah mencatatnya dan akan membawanya ke pembahasan bersama komisi terkait.
Pakar Budaya Tekankan Tiga Isu Utama Reog Ponorogo
Sementara itu, Muhammad Masrovicky Maulana, M.Ag., pakar seni budaya dari Karang Taruna Ponorogo, yang menjadi narasumber dalam rangkaian kegiatan sosialisasi pelestarian Reog, menegaskan adanya tiga isu mendesak yang perlu dibenahi.
Pertama, perlunya inventarisasi data pelaku seni yang hingga kini belum memiliki basis data tunggal.
Kedua, minimnya apresiasi dan perlindungan terhadap pelaku seni, yang menurutnya masih jauh dari ideal.
Ketiga, keberlanjutan kegiatan budaya yang memerlukan dukungan pemerintah dan keterlibatan aktif masyarakat.
Kegiatan sosialisasi di Desa Tugurejo ini menjadi langkah penting dalam memperkuat komitmen pelestarian Reog Ponorogo sekaligus mendorong pengembangan pariwisata berbasis budaya.
Melalui sinergi pemerintah, seniman, dan masyarakat, diharapkan Reog dapat terus berkembang dan memberi dampak nyata bagi kesejahteraan warga Ponorogo.
Sebelumnya
...
Berikutnya
...
