Bak Cerita Mistis! Batu Sebesar "Ulegan" Berhasil di Keluarkan Melalui Operasi di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Eko Purnomo
... menit baca
![]() |
| Operasi proses pengeluaran batu kandung kemih di RSUD dr Harjono Ponorogo. (Sumber : Nanang Diyanto) |
GARDAJATIM.COM: Jemangin, warga Ponorogo yang kesehariannya bekerja sebagai petani harus menghadapi kenyataan pahit di usianya yang tak lagi muda. Ia divonis menderita penyakit kencing batu atau batu kandung kemih (Vesicolithiasis) yang cukup parah.
Setiap hari mulai bangun pagi, Jemangin pergi ke sawah untuk melaksanakan aktivitas biasa layaknya petani, seperti mencangkul, memupuk, lalu berteduh di bawah gubuk ketika matahari mulai garang.
Baginya, rasa sakit dan kurang enak badan jarang dianggapnya sebagai perkara besar selama masih bisa diusir dengan air putih, rebahan, atau sekadar menahan diri.
Hingga pada suatu hari saat berada di ladang, kebiasaannya kurang minum membuka kenyataan yang sama sekali tak terduga.
Rasa mengganjal di perut bawah yang semula hanya ia kira sebagai pegal orang kerja, mendadak menjelma menjadi siksaan bagi tubuhnya.
Ia ingin kencing tapi tak setetes pun keluar. Semakin ia mengejan, semakin tubuhnya seperti menutup pintu. Biasanya dengan minum air putih yang banyak lalu berbaring, lega datang sendiri, namun kali ini berbeda.
Kejadian ini terus berulang-ulang hingga benar-benar ia rasakan penderitaan yang amat menyiksa dalam sebulan terakhir.
Anak-anaknya yang melihat ayah mereka sering meringis kesakitan karena menahan sesuatu yang asing mulai cemas. Namun Jemangin masih pada pendiriannya bahwa ini adalah penyakit biasa.
Akhirnya setelah tak kuasa menahan sakit dan setelah berhari-hari didesak oleh anaknya dengan nada yang setengah memohon, setengah memarahi, Jemangin akhirnya menurut.
Ia dibawa ke Puskesmas. Dari sana, alur penanganan medis mulai diberikan. Setelah diperiksa, pihak Puskesmas menilai perlu penanganan lanjutan. Lalu Jemangin diberi surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih besar menuju RSUD dr. Harjono Ponorogo.
Sesampai di RSUD dr Harjono, Jemangin langsung ditangani melalui Poli Urologi dan bertemu dengan dokter yang terkenal ramah dan cekatan, yaitu dr. Riza Mazidu Sholihin, atau yang akrab disapa dr. Zidu oleh pasien-pasiennya.
Saat memeriksa dengan perabaan fisik, dr Zidu hanya tersenyum singkat, lalu menaruh keyakinan yang lebih kuat bahwa ini lebih serius dari yang terlihat dari luar.
Ia memperkirakan batu yang ada di kandung kemih Jemangin sudah mulai tumbuh sejak lima atau enam tahun lalu.
Batu itu bukan kiriman dari alam supranatural, santet ataupun bahasa mistis lainnya, melainkan hasil pengendapan sisa-sisa residu dari tubuh sendiri yang tak disadari pemiliknya.
Ketika dokter mengajukan permintaan pemeriksaan radiologi dan uji penunjang lainnya, Jemangin menunggu dengan gelisah.
Dalam benaknya timbul tanda tanya besar, jangan-jangan benda keras itu adalah kiriman ilmu hitam.
Ia pernah mendengar tentang “batu guna-guna” dari tetangga kampung sebelah. Kalimat itu pun sempat terlontar dari mulutnya di ruang periksa membuat dr. Zidu tertawa ringan, jenis tawa yang bukan meremehkan melainkan tawa untuk menepis anggapan itu. Mitos pun luruh pelan, diganti penjelasan ilmiah yang getir tapi terang.
“Ini bukan batu kiriman, Pak. Ini batu penyakit,” kata dokter Zidu kepada Jemangin.
Menurut dr. Zidu, batu kandung kemih, atau Vesicolithiasis, memang bisa tumbuh lama tanpa ada gejala yang mencolok, terutama pada orang yang aktivitas fisiknya berat dan jarang cukup minum.
Secara medis, batu ini terbentuk ketika mineral seperti kalsium oksalat atau kalsium fosfat mengendap di kandung kemih karena dehidrasi kronis, obstruksi aliran urin, atau infeksi saluran kemih berulang.
Dalam literatur kedokteran, banyak penelitian menjelaskan fenomena ini, termasuk di jurnal-jurnal urologi terkemuka seperti Journal of Urology dan BJU International yang kerap mempublikasikan studi tentang epidemiologi, penyebab, dan penatalaksanaan batu kandung kemih pada populasi pedesaan di negara berkembang.
Selain itu, riset tentang intervensi noninvasif termasuk ESWL dan litotripsi transuretral banyak dibahas dalam publikasi di World Journal of Urology yang menguatkan bahwa metode tanpa operasi bisa efektif ketika ukuran batu masih kecil. Tetapi ketika telah membesar-sebesar “ulegan” maka pembedahan menjadi pilihan paling aman dan tuntas.
Di kasus Jemangin, ukurannya sudah terlalu besar untuk dikeluarkan dengan obat Atau lithotripsi Transurethra. Jalan keluarnya adalah operasi terbuka, cystolithotomy, pembedahan yang secara prinsip mengeluarkan batu melalui sayatan langsung di kandung kemih.
Setelah mendapatkan persetujuan keluarga, operasi itu pun berjalan, dibantu oleh tim medis dan perawat yang tekun, di RSUD dr Harjono inilah menjadi saksi perubahan keyakinan seorang petani, dari rasa takut ke rasa syukur.
Ketika ia bangun pascaoperasi, Jemangin merasa lebih lega. Perutnya dan dadanya terasa lebih lapang.
Batu yang keras itu kini nyata berada di luar tubuhnya. Batu itu tak lagi mengunci aliran air seninya.
![]() |
| Batu sebesar ulegan yang berhasil diangkat dari kandung kencing Jemangin. |
Ia memandangi batu itu bukan lagi sebagai ancaman, melainkan monumen kecil tentang keberuntungan dan perjuangan hidupnya.
Yang juga membuatnya terharu bukan hanya kerja dokter dan tim rumah sakit, melainkan sistem yang diam-diam menopang jutaan orang kecil.
Ia mempunyai BPJS Kesehatan. Dengan itu, seluruh biaya mulai dari pemeriksaan hingga operasi ditanggung sepenuhnya. Jemangin mengatakan sendiri bahwa ia tak mengeluarkan sepeser pun.
Ia pun megucapkan terima kasih bukan hanya pada dr. Zidu dan tim medis, tetapi kepada Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan kesempatan kedua padanya melalui ilmu dan ikhtiar.
Kini Jemangin dapat belajar dan memetik hikmah, bahwa kesehatan kadang baru dianggap penting ketika tubuh berhenti bekerja sama.
Selain itu, mitos boleh hadir sebagai bahasa pertama untuk menjelaskan hal yang tak dikenali dan sulit diterima akal, tapi ilmu pengetahuan adalah penerjemah yang menyelamatkan.
Sebelumnya
...
Berikutnya
...


