-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Desa Sukoharjo Gelar Thethek Melek, Tradisi Leluhur Jaga Keseimbangan Alam

Ritual Leluhur Tolak Pageblug Diharapkan Jadi Edukasi Lingkungan, Pelestarian Budaya, dan Agenda Wisata Pacitan | Sabtu, 20 Desember 2025 | Foto : Tradisi Thethek Melek. (Dok. Acr)
GARDAJATIM.COM : Upacara adat Thethek Melek kembali digelar masyarakat Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Sabtu (20/12/2025). 

Ritual peninggalan leluhur ini menjadi simbol ikhtiar spiritual masyarakat tani dalam menjaga keseimbangan alam sekaligus meneguhkan relasi harmonis antara manusia, lingkungan, dan Sang Pencipta.

Kepala Desa Sukoharjo, Solichin, mengatakan bahwa Thethek Melek merupakan tradisi nenek moyang yang lahir dari cara pandang ekologis masyarakat Jawa dalam menghadapi hama dan wabah. 

Menurutnya, ritual ini tidak bertujuan memusnahkan makhluk hidup, melainkan memberi ruang hidup agar tercipta keseimbangan semesta.

“Tradisi ini mengajarkan bahwa hama tidak dihadapi dengan dimusnahkan, tetapi diberi ruang agar tercipta keseimbangan. Semua adalah makhluk Tuhan dan satu kesatuan ekosistem alam yang saling membutuhkan,” ujar Solichin.

Ia menegaskan bahwa nilai utama Thethek Melek terletak pada kesadaran spiritual dan etika lingkungan. 

Masyarakat diajak memahami bahwa alam bukan objek eksploitasi, melainkan bagian dari kehidupan yang harus dijaga bersama.

“Harapannya, masyarakat semakin sadar pentingnya menjaga kelestarian alam melalui edukasi pertanian, pelestarian budaya, dan senantiasa bermunajat kepada Yang Maha Kuasa, karena setiap kejadian tidak lepas dari kehendak-Nya,” kata Solichin.

Ia menambahkan, pesan moral yang terus diwariskan dalam ritual ini sederhana namun mendalam. 

“Jika kita menjaga alam, maka alam akan menjaga kita,” ujarnya.

Solichin juga menjelaskan bahwa atraksi Thethek Melek telah berlangsung sejak lama secara turun-temurun. 

Sementara penyelenggaraan dalam bentuk upacara adat yang difasilitasi pemerintah desa mulai digelar setelah masa pandemi Covid-19.

“Kegiatannya sudah lama ada, tapi kalau upacara adat yang diadakan oleh desa itu mulai sekitar 2022, pasca Covid,” jelasnya.

Upacara Thethek Melek sendiri dikenal sebagai ritual tolak pageblug yang lahir dari pengalaman sejarah masyarakat Sukoharjo saat menghadapi wabah berkepanjangan yang menyebabkan gagal panen dan tekanan sosial ekonomi. 

Ritual dilakukan dengan berkeliling desa membawa tumpeng dan sesaji, disertai bunyi alat-alat pertanian seperti cangkul dan sabit sebagai simbol pengusiran energi negatif.

Prosesi ditutup dengan doa bersama di area persawahan saat senja, sebagai wujud permohonan keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pada pelaksanaannya tahun ini, Thethek Melek dikemas dalam Upacara Suwukan Pari dan festival budaya yang melibatkan masyarakat tani, pelaku seni, serta pelaku UMKM.

Sejumlah kegiatan digelar, mulai dari pertunjukan seni lokal, Jagong Tani, melukis 1.000 bongkok, hingga Pasar UMKM dengan memanfaatkan lanskap persawahan.

Kepala desa berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya dan edukasi lingkungan, tetapi juga berkembang sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Pacitan.

“Semoga ke depan bisa menjadi agenda rutin dinas terkait, menjadi edukasi dan pelestarian budaya, sekaligus membawa kebaikan dan keberkahan, khususnya bagi warga Sukoharjo dan Pacitan,” pungkas Solichin. 

Sebagai informasi, Rangkaian seni tradisi yang dikemas secara modern dalam pelaksanaan Thethek Melek ini dicetuskan oleh Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayu Aji, sebagai upaya menguatkan pelestarian budaya sekaligus mendekatkan tradisi kepada generasi muda.(@Acr)

Editor : Redaksi 
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar