Sasmito Pribadi dan Jejak Panjang Kepemimpinan Pendidikan dari SMAGA ke Dindik Jatim
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Dr. Sasmito Pribadi, S.Pd., M.Pd. |
Terhitung mulai 2 Januari 2026, Sasmito resmi mengemban tugas sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Pacitan.
Penunjukan ini menandai transisi penting dari kepemimpinan berbasis sekolah menuju peran birokrasi pendidikan yang menuntut koordinasi lintas SMA, SMK, dan SLB negeri di wilayah tersebut.
Di kalangan pendidik, Sasmito dikenal sebagai figur kepala sekolah yang konsisten mendorong perubahan. Selama memimpin SMAN 3 Ponorogo yang akrab disebut SMAGA, ia menempatkan pembaruan tata kelola dan penguatan budaya akademik sebagai pijakan utama. Sekolah itu tidak hanya diposisikan sebagai unggulan daerah, tetapi diarahkan untuk berkompetisi di ruang ilmiah yang lebih luas.
Transformasi SMAGA berlangsung bertahap. Sasmito merumuskan arah pengembangan sekolah melalui program “Santun, Cerdas, dan Berprestasi Mendunia”, yang menekankan keseimbangan antara karakter, capaian akademik, dan daya saing global. Dari pendekatan itu lahir sejumlah terobosan, termasuk Smaga Go International dan International Class Program (SCIP).
Program internasional tersebut dirancang tidak instan. Dimulai dari penguatan budaya riset dan karya ilmiah siswa, SMAGA kemudian membuka kelas internasional berbasis kurikulum Cambridge. Pada tahap lanjut, sekolah ini menjalin kerja sama dengan Universitas Sains Islam Malaysia (USIM), dengan fokus integrasi IMTAQ dan IPTEK.
“Kerja sama ini penting agar IMTAQ berjalan seiring dengan IPTEK. Di SMAGA kami menguatkan keduanya, sementara di USIM dikenal dengan integrasi Aqli dan Naqli,” ujar Sasmito kepada awak media, Senin, 15 Desember 2025.
Menurut Sasmito, capaian prestasi internasional siswa SMAGA bukanlah hasil kebijakan sesaat. Pembinaan dilakukan secara sistematis sejak siswa duduk di kelas X, melibatkan pembina internal serta pelatih eksternal di bidang riset dan kompetisi. Proses tersebut mencakup tahapan riset, verifikasi, hingga validasi yang diuji berulang kali.
Pendekatan itu sejalan dengan pandangannya mengenai orientasi pendidikan. Bagi Sasmito, sekolah tidak cukup diukur dari angka kelulusan.
“Orientasi pendidikan harus sampai pada outcome masa depan siswa,” ujarnya. Ia merujuk pada lulusan SMAGA yang berhasil menembus perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi sebagai indikator keberhasilan jangka panjang.
Pengakuan atas kepemimpinannya tercermin dari sejumlah capaian personal. Sasmito tercatat sebagai Kepala Sekolah Penggerak Kemendikbudristek sejak 2023, masuk lima besar Kepala Sekolah Inovatif Jawa Timur 2024, serta meraih Jawa Pos Radar Madiun Education Awards 2025 kategori Visionary Leader.
Lahir di Ponorogo pada 1 Januari 1973, Sasmito memulai karier sebagai aparatur sipil negara guru pada 2005. Latar akademiknya terbilang lengkap, mulai dari sarjana Pendidikan Dunia Usaha Universitas Jember, magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret, hingga meraih gelar doktor setelah menapaki jenjang kepemimpinan sekolah.
Kini, medan pengabdiannya meluas. Sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Pacitan, Sasmito dihadapkan pada persoalan struktural pendidikan daerah mulai dari pemerataan mutu, tata kelola sekolah, hingga penguatan sumber daya pendidik.
Beban tugas ini menuntut pendekatan yang berbeda dari kepemimpinan di satuan pendidikan tunggal.
Namun Sasmito membawa satu prinsip yang kerap ia sampaikan dalam berbagai forum: pemimpin pendidikan harus menjadi problem solver, bukan problem maker.
Prinsip itu yang akan diuji di level wilayah. Apakah pendekatan inovatif yang berhasil di SMAGA dapat direplikasi dalam skala yang lebih luas, menjadi pekerjaan rumah yang kini menantinya di Pacitan. (Fjr)
Sebelumnya
...
Berikutnya
...
