-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Upacara Thethek Melek Kembali Digelar di Pacitan, Ritual Tolak Wabah Dikemas Festival Budaya

Tradisi Leluhur Desa Sukoharjo Jadi Ruang Spiritualitas, Seni, dan Penguatan Ekonomi Warga | Jumat, 19 Desember 2025 | Foto : (Dok. Ist)
GARDAJATIM.COM : Upacara adat Thethek Melek, ritual tradisional tolak pageblug peninggalan leluhur Desa Sukoharjo, Kabupaten Pacitan, kembali digelar pada Sabtu, 20 Desember 2025. 

Tradisi yang sarat nilai spiritual ini dikemas dalam festival seni dan budaya sebagai upaya menjaga kearifan lokal sekaligus memperkuat kebersamaan sosial masyarakat.

Thethek Melek lahir dari sejarah panjang masyarakat Sukoharjo saat menghadapi pageblug atau wabah berkepanjangan pada masa lampau. 

Wabah tersebut menyebabkan gagal panen secara menyeluruh dan berdampak serius terhadap kondisi sosial, ekonomi, hingga kesehatan warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh tani.

Berdasarkan cerita turun-temurun, ritual ini pertama kali digagas oleh seorang tokoh masyarakat yang namanya tidak tercatat dalam sejarah lisan. 

Saat itu, warga melakukan ritual keliling kampung dengan membawa uborampe berupa tumpeng dan sesaji, dimulai dari pusat desa hingga area permukiman dan persawahan.

Sepanjang prosesi, rombongan melantunkan doa dan mantra, sementara warga membunyikan alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, linggis, dan ember. 

Suara riuh tersebut dipercaya sebagai simbol pengusiran wabah dan energi negatif dari lingkungan desa.

Ritual Thethek Melek ditutup saat senja di area persawahan. Tokoh masyarakat memimpin doa bersama dan melarung seluruh uborampe sebagai bentuk permohonan keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan. 

Seiring waktu, kondisi desa berangsur pulih, penyakit mereda, dan hasil panen kembali meningkat. Sejak itulah, Thethek Melek diyakini sebagai simbol ikhtiar spiritual menolak wabah dan menjaga keseimbangan kehidupan.

Berangkat dari nilai sejarah tersebut, Paguyuban Song Meri bersama masyarakat Desa Sukoharjo berinisiatif menghidupkan kembali ritual Thethek Melek sebagai refleksi atas kondisi kehidupan masa kini, di tengah ancaman wabah yang masih terjadi, baik pada manusia, tanaman, maupun hewan, serta menurunnya interaksi sosial akibat perkembangan teknologi.

Ketua Paguyuban Song Meri menegaskan bahwa Thethek Melek tidak hanya dimaknai sebagai ritual spiritual, tetapi juga sebagai ruang sosial dan budaya bagi masyarakat.

“Melalui ritual ini, kami ingin mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, serta kearifan lokal agar dapat berjalan seiring dengan kemajuan teknologi,” ujarnya.

Pelaksanaan Thethek Melek tahun ini dibingkai dalam Upacara Suwukan Pari yang dikolaborasikan dengan pesta seni dan festival budaya. 

Berbagai kegiatan akan digelar, mulai dari pertunjukan seni lokal, Jagong Tani, melukis 1.000 bongkok, Pasar UMKM, hingga ruang temu antara masyarakat dan seniman, dengan memanfaatkan lanskap persawahan sebagai media ekspresi artistik.

Secara sosial dan ekonomi, kegiatan ini diharapkan menjadi embrio pengembangan wisata agraris berbasis budaya yang bersifat temporal, sekaligus membuka peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Sukoharjo dan Kabupaten Pacitan.

Upacara adat Thethek Melek dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 20 Desember 2025, mulai pukul 12.00 hingga 22.00 WIB, bertempat di area persawahan Nitikan, Dusun Jarum dan Gubuk Song Meri, Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. 

Seluruh elemen masyarakat tani, pelaku seni, dan komunitas budaya dilibatkan sebagai bagian dari ikhtiar bersama menjaga keseimbangan alam, sosial, dan spiritual. (@Acr)

Editor : Redaksi 
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar