-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-80 TAHUN - PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: 0821 3105 7771

Kenduri Bungah di Tanah Gemplah Bedingin Angkat Kearifan Lokal, Hadirkan Nuansa Tradisi

Pemdes Bedingin bersama warga mengikuti rangkaian acara Kenduri Bungah. (Foto: Bagus)

GARDAJATIM.COM
: Kenduri Bungah atau kenduri besar kembali digelar di Tanah Gemplah, Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Ponorogo, Jumat (25/7/2025).

Acara yang diprakarsai oleh Pemdes dan karang taruna setempat ini, menjadi wadah pelestarian tradisi sekaligus ajang mempererat kebersamaan warga.

Kegiatan dibuka dengan gowes onthel dan senam massal, kemudian dilanjutkan atraksi gajah-gajahan serta beragam dolanan jadul seperti bak sodor, egrang batok, lompat tali, dan masiman.

Puncak acara akan diisi dengan srawung seniman, di mana warga dan para pelaku seni berkumpul serta berinteraksi dalam suasana guyub.

Acara turut menghadirkan Dr. Deniawan Tomy Candra Wijaya dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo), komunitas seniman Reog Obyok, Kepala Dinas Pariwisata Ponorogo, serta Kang Purbosasongko.

Kades Bedingin didampingi istri saat bersama bintang tamu Wisnu Jaya. 
Kepala Desa Bedingin, Marjuki mengatakan, bahwa Kenduri Bungah tahun ini mengusung tema “Pawonku Pawonmu #2”. 

“Filosofinya semua kehidupan berawal dari dapur. Dari dapur orang bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Proses memasak yang disertai doa akan menghadirkan energi positif dalam kehidupan,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan, Kenduri Bungah merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pemdes Bedingin. 

“Awalnya kenduri ini muncul dari lingkungan, sehingga kami ciptakan Kenduri Bungah sebagai sarana mempererat hubungan sosial dan menghidupkan kembali tradisi lama,” ujarnya.

Kades Bedingin bersama panitia dan bintang tamu saat di Joglo Lemah Gemplah.
Bagus Anggono Panitia acara tersebut mengatakan, sebagai bagian dari prosesi puncak, digelar kenduri dengan warga setempat. 


"Kita makan bersama masyarakat dan para pejabat akan membaur menjadi satu, menikmati hidangan serta menjalin kebersamaan tanpa ada perbedaan," imbuhnya.

Penampilan Tarian Kama Jaya-Kama Ratih saat pembacaan Kitab Ambyo.
Dengan menggabungkan unsur religi, budaya, dan gotong royong, Kenduri Bungah diharapkan dapat menjadi ruang refleksi sekaligus memperkuat identitas kultural masyarakat Ponorogo. (Fjr)



Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar