Banyak yang Salah Kaprah! Ini Penyebab Kista Ginjal Menurut Dokter Mazidu
Redaksi
... menit baca
![]() |
| dr. Riza Mazidu Sholihin, Sp.U. |
“Itu gara-gara sering kena infeksi saluran kencing, kan?” katanya dengan nada menyalahkan.
Sang suami yang merasa sudah cukup menderita pun tersinggung. “Saya sudah sakit, malah dipersalahkan terus,” jawabnya kesal.
Situasi itu baru mencair ketika pasangan tersebut memutuskan berkonsultasi langsung dengan dr. Riza Mazidu Sholihin, Sp.U., dokter spesialis urologi RSUD dr. Harjono Ponorogo yang merawat sang suami.
Di ruang Poli Urologi, mereka bertanya: benarkah infeksi saluran kencing menjadi penyebab kista ginjal?
Dengan tenang, dr. Mazidu menjelaskan, bahwa kista ginjal bukanlah penyakit tunggal, melainkan kumpulan kondisi dengan latar belakang yang beragam.
Kista ginjal sederhana merupakan jenis yang paling sering ditemui, biasanya muncul seiring bertambahnya usia. Hampir seperempat orang berusia di atas 40 tahun memilikinya, dan angka ini meningkat pada usia lanjut.
“Ini lebih karena faktor degeneratif, bukan semata-mata infeksi,” terang dr. Mazidu yang juga sebagai Dosen di Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
Selain itu, ada pula kista ginjal kompleks yang bisa berhubungan dengan penyakit bawaan (polycystic kidney disease/PKD), tekanan darah tinggi, diabetes, atau riwayat penyakit ginjal kronis.
Infeksi saluran kemih yang berulang memang dapat memperberat kerusakan ginjal, tetapi bukan penyebab utama terbentuknya kista.
Gejala kista ginjal bisa beragam. Sebagian orang tidak merasakan keluhan sama sekali, namun ada yang mengeluh nyeri pinggang, sering buang air kecil, muncul darah dalam urine, atau perut terasa penuh bila kista membesar.
Untuk memastikan diagnosis, pemeriksaan penunjang mutlak diperlukan. “USG dan CT-scan ginjal sangat membantu kami menilai ukuran, letak, dan apakah kista tersebut berisiko,” jelas dr. Mazidu.
Lantas, apakah kista ginjal bisa berubah menjadi kanker? Menurut dr. Mazidu, sebagian besar kista ginjal sederhana tidak berbahaya dan tidak menimbulkan keganasan.
Namun, kista yang bentuknya tidak teratur, berdinding tebal, atau disertai bercak kalsifikasi dapat dicurigai sebagai kista kompleks dengan risiko keganasan.
“Inilah sebabnya kami melakukan klasifikasi radiologis, seperti Bosniak classification, untuk menentukan apakah kista jinak atau perlu diawasi ketat,” tambahnya.
![]() |
| Ilustrasi. |
Untuk mencegah kista ginjal semakin memburuk, dr. Mazidu menyarankan pola hidup sehat dengan cukup minum air putih, membatasi konsumsi garam, menjaga tekanan darah tetap normal, tidak merokok, serta melakukan kontrol kesehatan rutin.
Penjelasan itu membuat pasangan suami istri tersebut saling berpandangan. Tegangan yang sempat muncul pun sirna, berganti rasa lega.
Mereka akhirnya paham, kista ginjal bukanlah “kesalahan” siapa pun.
“Yang penting sekarang kita sama-sama jaga kesehatan,” ujar sang istri, kali ini dengan nada lembut, sambil menggenggam tangan suaminya.
Di balik konflik kecil yang sempat mengusik, terselip pelajaran berharga: bahwa penyakit bukan alasan untuk saling menyalahkan.
Dengan pengetahuan yang benar dan layanan medis yang terus berkembang, seperti yang kini tersedia di RSUD dr. Harjono Ponorogo, setiap keluarga bisa menghadapi penyakit dengan lebih bijak dan lebih rukun.
Penulis: Nanang Diyanto
Editor: Redaksi
Sebelumnya
...
Berikutnya
...

