-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Belajar Selamat dari Gempa! BMKG Bentuk Generasi Siaga Bencana di Ponorogo

Momen SLG 2025 di Cafe Cinta Buk Tin Ponorogo. (Foto: Istimewa)
GARDAJATIM.COM:
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) 2025 di Cafe Cinta Buk Tin, Jalan Juanda Kabupaten Ponorogo, Rabu (15/10/2025).

Program ini menjadi langkah nyata membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana alam, khususnya gempa bumi.

Kegiatan yang berlangsung di Bumi Reog ini diikuti puluhan peserta dari unsur pemerintah daerah, aparat, akademisi, pelajar, hingga masyarakat umum.

Mereka mendapatkan edukasi langsung tentang cara mengenali potensi gempa, mitigasi risiko, hingga praktik evakuasi aman saat terjadi guncangan.

Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG, Setyoajie Prayoedhie mengatakan, Ponorogo termasuk daerah dengan tingkat kerentanan cukup tinggi terhadap gempabumi karena dilintasi Sesar Grindulu yang masih aktif.

“Dalam rentang 2021 hingga Agustus 2024, tercatat sudah ada sembilan kali gempa yang dirasakan warga Ponorogo. Magnitudonya berkisar antara 4,5 hingga 6,7 skala Richter,” ungkap Setyoajie.

Ia menjelaskan, karakteristik geologi Ponorogo yang didominasi batuan apung, pasir, dan lempung membuat wilayah ini rawan mengalami amplifikasi getaran, yakni penguatan efek guncangan akibat kondisi tanah.

Hal itu dapat memperbesar risiko kerusakan bangunan apabila tidak didukung konstruksi tahan gempa.

“Karena itu, kami ingin masyarakat tidak panik, tapi tanggap dan paham bagaimana bertindak saat gempa terjadi,” tambahnya.

Program SLG sendiri sudah berjalan selama satu dekade dan menjadi ikon edukasi kebencanaan BMKG di berbagai daerah rawan bencana.

Di Ponorogo, kegiatan ini dikemas interaktif dengan simulasi evakuasi, pelatihan pembuatan peta risiko sederhana, serta pembentukan komunitas siaga bencana berbasis sekolah dan desa.

Anggota Komisi V DPR RI, Supriyanto, yang hadir dalam kegiatan tersebut menegaskan pentingnya edukasi kebencanaan bagi masyarakat.

Menurutnya, perubahan iklim dan dinamika geologi yang kompleks menuntut masyarakat untuk lebih adaptif dan peka terhadap potensi bencana.

“Gempa bukan untuk ditakuti, tapi dipahami. BMKG hadir membangun kesadaran agar masyarakat tahu cara melindungi diri,” ujar Supriyanto.

Ia juga mengajak warga untuk memanfaatkan teknologi yang telah disediakan BMKG, seperti aplikasi Info BMKG, guna memperoleh informasi cuaca, gempa, dan peringatan dini secara cepat dan akurat.

“Dengan teknologi di genggaman, kita bisa selamat, dan aktivitas ekonomi pun tetap berjalan aman,” pungkasnya.

Melalui kegiatan ini, BMKG berharap lahir generasi muda tangguh bencana dari Ponorogo yang siap menjadi agen perubahan di masyarakat.

Mereka bukan hanya tahu bagaimana menyelamatkan diri, tapi juga mampu menularkan ilmu mitigasi kepada lingkungannya. (Hms/Fjr)
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar