Desa Kaya Lahan, Watubonang Tawarkan Jadi Penyelamat Program Jagung!
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Lahan jagung di kawasan Ponorogo. (Foto: Arsip Gardajatim.com) |
Kepala Desa Watubonang, Sartono, menyebut target penanaman dua hektar per desa terlalu kecil jika dibandingkan dengan potensi wilayahnya.
Dari total 742 hektar lahan, sekitar 270 hektar berupa tanah kering yang selama ini sudah terbiasa ditanami jagung, kedelai, hingga ketela.
“Kalau hanya dua hektar, itu terlalu kecil untuk kami. Kami siap menanam minimal 10 hektar, bahkan lebih jika dibutuhkan,” tegas Sartono, Jumat (3/10/2025).
Bukan hanya itu, Desa Watubonang juga menawarkan diri menjadi solusi bagi desa lain yang kesulitan menyediakan lahan.
Sartono menyebut pola kolaborasi antar desa bisa menjadi jalan keluar agar program jagung hibrida Bhayangkara benar-benar berhasil.
“Kalau ada desa yang lahan pertaniannya terbatas, bisa dialihkan ke Watu Bonang. Kami siap menanam lebih luas untuk mendukung suksesnya program ini,” tambahnya.
Berdasarkan pengalaman, satu kilogram benih jagung mampu menghasilkan 4,5 hingga 5 kwintal jagung.
Dengan potensi lahan kering yang luas, Sartono optimistis program ini tidak hanya soal swasembada pangan, tapi juga menjadi pintu pengentasan kemiskinan di desa.
Pengamatan di lapangan menunjukkan tidak semua desa di Ponorogo siap memenuhi target minimal dua hektar karena lahan masih banyak digunakan untuk padi.
Usulan Watubonang dinilai bisa menjadi penyeimbang agar program tidak berhenti pada tataran seremonial, melainkan memberi dampak nyata.
Dengan 281 desa dan 26 kelurahan, Ponorogo sejatinya memiliki peluang besar menjadi salah satu penghasil jagung utama di Jawa Timur.
Namun keberhasilan program ini, menurut Sartono, sangat bergantung pada kemampuan mengelola lahan dan komitmen bersama antar desa.
“Intinya, kami tidak ingin hanya ikut program. Kami ingin Watubonang jadi bagian dari solusi pangan dan kesejahteraan warga Ponorogo,” pungkasnya. (Fjr)
Sebelumnya
...
Berikutnya
...
