Limbah Jadi Berkah, Siswa SMK PGRI 2 Ponorogo Juara Nasional Berkat Pupuk ‘Thofu’
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Zahrotusiffa Mutiara Firdaus dan Bagas Dwi Kurniawan, menunjukkan produk inovatif pupuk cair “Thofu”. (Foto: Gardajatim.com) |
Kompetisi bergengsi bertema “Membangun Sumber Daya Manusia Unggul dan Adaptif dalam Mewujudkan Keberlanjutan” itu digelar secara online dengan dewan juri dari Jakarta.
Pengumuman pemenang dilaksanakan pada 11 Oktober 2025, dan SMK PGRI 2 Ponorogo resmi dinobatkan sebagai Juara II Nasional dari lebih dari 1.350 peserta se-Indonesia.
Dalam ajang tersebut, Guru Pendamping Siti Nurhayati bersama dua siswa berprestasi, Zahrotusiffa Mutiara Firdaus (kelas XII TAB I) dan Bagas Dwi Kurniawan (kelas XII TAB II), menerima sertifikat penghargaan dari panitia nasional.
Dari Limbah Jadi Solusi Lingkungan
Inovasi ini lahir dari kepedulian terhadap pencemaran limbah cair tahu yang kerap mencemari sungai di sekitar Ponorogo.
![]() |
| Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, Guru pendamping bersama dua siswa berprestasi, Zahrotusiffa Mutiara Firdaus dan Bagas Dwi Kurniawan, menunjukkan produk inovatif pupuk cair “Thofu”. |
Melihat kondisi tersebut, Zahrotusiffa dan Bagas tergerak untuk mencari solusi dengan mengubah limbah tersebut menjadi produk yang bermanfaat.
“Awalnya kami melihat banyak pabrik tahu membuang limbah ke sungai. Dari situ muncul ide untuk mengolahnya menjadi pupuk cair yang bisa membantu petani,” ujar Zahrotusiffa, Jumat (24/10/2025).
Bersama guru pembimbing Siti Nurhayati, mereka melakukan riset dan uji coba selama dua bulan untuk menemukan komposisi yang tepat.
Proses fermentasi memakan waktu dua minggu, hingga akhirnya tercipta formulasi pupuk cair yang efektif meningkatkan pH tanah dan kesuburan tanaman.
“Limbah tahu memang menjadi masalah lingkungan yang nyata. Saat anak-anak menyampaikan ide ini, kami langsung mendukung dan melibatkan guru kimia untuk melakukan riset. Hasilnya luar biasa, limbah bisa diubah jadi pupuk bernilai guna tinggi,” terang Siti Nurhayati.
Lahirnya “Thofu”, Pupuk dari Limbah Tahu
Produk yang mereka kembangkan diberi nama Thofu, diambil dari bahasa Jepang yang berarti tahu.
Dalam proses pembuatannya, 1 liter limbah air tahu dicampur 1 liter air dengan tambahan gula merah, kemudian difermentasi selama 14 hari hingga menghasilkan cairan organik kaya nutrisi.
Bagas menjelaskan, Thofu terbukti efektif untuk pertumbuhan tanaman sayur, rumput, dan tanaman hortikultura lainnya.
“Selain ramah lingkungan, pupuk ini bisa jadi solusi murah bagi petani karena harga pupuk kimia makin mahal dan sulit didapat,” ungkapnya.
Siap Dipatenkan dan Diproduksi Massal
Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, Agus Pariadi, S.S., M.B.A., menyampaikan rasa bangga atas prestasi siswanya.
Ia menyebut inovasi ini bukan hanya membanggakan sekolah, tetapi juga memberi manfaat luas bagi masyarakat.
“Langkah berikutnya, kami akan mematenkan produk Thofu melalui HAKI dan mulai mendistribusikannya. Sebagai promosi awal, pupuk ini akan kami bagikan kepada seluruh wali murid saat pembagian rapor,” ujarnya.
Agus berharap produk Thofu dapat menginspirasi siswa lain untuk terus berinovasi dalam menjawab tantangan lingkungan.
“Kami ingin SMK PGRI 2 Ponorogo dikenal bukan hanya karena prestasi akademik, tetapi juga karena karya nyata yang berdampak bagi masyarakat,” pungkasnya.
Dengan prestasi ini, SMK PGRI 2 Ponorogo menegaskan perannya sebagai sekolah kejuruan yang melahirkan generasi inovatif dan berwawasan lingkungan, membuktikan bahwa dari limbah pun bisa lahir keberkahan. (Fjr)
Sebelumnya
...
Berikutnya
...


