-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Nilai Lebih Menguntungkan Petani, DKPP Pacitan Dukung Inovasi HPDKI Manfaatkan Batang-Daun Singkong untuk Pakan Utama Ternak

Daun dan batang singkong/ketela pohon yang masih hijau dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif dan pakan utama ternak, baik kambing ataupun domba. (FOTO: Eko Purnomo/gardajatim)

GARDAJATIM.COM: Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Kabupaten Pacitan membuat inovasi baru dalam mengintegrasikan pertanian dan peternakan di Kabupaten Pacitan.

Inovasi tersebut merupakan pengembangan daun dan batang singkong/ketela pohon yang masih hijau sebagai bahan utama pakan ternak, baik kambing maupun domba.

Melalui program berjudul tanam singkong panen setiap bulan, HPDKI mendorong dan mengajak para petani untuk membudidayakan singkong dengan sistem rebah. Hal itu dimaksudkan agar produktivitas daun singkong lebih maksimal dan bisa dipanen lebih cepat.

Namun kekurangan penanaman singkong dengan sistem rebah adalah petani tidak bisa mendapatkan umbinya, karena memang difokuskan pada produksi daunya.



Anang Setyaji ST., Ketua HPDKI Pacitan mengatakan bahwa, selama ini potensi daun singkong belum banyak dimanfaatkan, padahal bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani, bahkan potensi yang didapatkan lebih besar dari menjual umbinya.

“Kami ingin mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan peternak dengan pertanian, salah satunya pemanfaatan daun singkong agar punya nilai ekonomi ditengah kelesuan perekonomian mereka,” ujar Anang kepada awak media, Jum'at (7/11/2025).
 
"Untuk lahan seluas satu meter persegi, sistem tanam rebah bisa dipanen delapan kali dalam enam bulan, dengan hasil bersih sekitar Rp6.400. Sedangkan panen umbi hanya menghasilkan bersih sekitar Rp3.600 per siklus tanam," imbuhnya.

Perbandingan pendapatan panen umbi dan batang-daun singkong.


Kelebihan lain budidaya singkong yang dimanfaatkan daunya adalah bisa dipanen tanpa perlu mengolah lahan, tanpa membutuhkan pengairan, tanpa pemupukan, tanpa tanam ulang, dan minim adanya serangan hama.

Pemanenan daun pun bisa dilakukan secara rutin setiap 3 minggu sekali. Hal ini tentu petani bisa berproduksi terus tanpa beban biaya tinggi dan lebih efisien baik secara lahan, waktu maupun tenaga. 

Lebih lanjut ia menyebut bahwa semua jenis daun singkong bisa di buat silase, tetapi untuk jenis ketela Papua saat ini belum bisa dibuat silase karena memiliki kadar air yang sangat tinggi.

"Untuk semua jenis daun ketela bisa. Kecuali ketela Papua karena kadar airnya tinggi,” tambahnya.

Pihaknya bersama komunitas HPDKI Pacitan juga sudah menyiapkan skema tata niaganya, sehingga bisa lebih memudahkan petani dalam mengakses pasar untuk menjual daun singkongnya.

Anang mengkalkulasi, pembudidaya daun singkong ini bisa menjual daun segar seharga Rp 500 per kilogram ke HPDKI untuk daun yang belum di coper, dan Rp 700 untuk yang sudah di coper.

"Rp 500/kg tanpa coper, 700/kg bila sudah dicoper. Kemasan dari HPDKI bagi mitra," lanjut Anang.

HPDKI kemudian melakukan proses lanjutan agar daun singkong benar-benar layak digunakan sebagai pakan utama ternak.

Sementara untuk penjualan, HPDKI menjual silase daun singkong yang sudah diolah dengan harga berkisar Rp 1.200-1.500 per kilogram kepada konsumen.

"Ini mulai ramai di kalangan pembudidaya. Berapa ton panen petani insyaallah siap kami tampung. Kami upayakan juga jual di daerah luar," tegas Anang.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan, Sugeng Santoso, SP, M.Sc turut mendukung inovasi dari HPDKI ini.

Menurutnya, menanam singkong cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya sapi, kambing dan domba.

"Menanam singkong cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dan juga mudah untuk dikembangkan," ujar Sugeng Santoso, Kepala DKPP Pacitan.

Sugeng Santoso, SP, M.Sc, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan.

Selain itu, Sugeng mengatakan bahwa singkong memiliki kandungan protein yang cukup, seperti protein kasar, serat kasar, mineral, kalsium, fosfor. 

Secara nilai ekonomis, harga singkong pun lebih terjangkau jika dibandingkan dengan pakan ternak dari komoditas lainnya.

"Harga juga lebih murah jika dibandingkan dengan jagung, sehingga akan dapat mengurangi biaya untuk pembelian pakan," tuturnya.

Namun Sugeng mengingatkan agar para peternak memperhatikan beberapa hal terkait pemanfaatan singkong sebagai pakan ternak, terutama untuk jenis singkong yang beracun.

"Hal penting yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan singkong untuk pakan adalah memahami kandunganya. Beberapa jenis singkong ada yang mengandung zat beracun seperti HCN ( varietas yang pahit). Untuk memanfaatkannya perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu," bebernya.

"Inovasi yang bisa dilakukan contohnya dengan difermentasi menggunakan EM4 untuk meningkatkan nilai nutrisi dan mengurangi HCN," pungkasnya.
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar