-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

SAPA DIRI Diluncurkan, Rutan Ponorogo Genjot Kesiapan Sosial dan Psikologis WBP

Fasilitator SAPA DIRI saat melakukan screening kesiapan mental dan sosial kepada WBP.
GARDAJATIM.COM:
Rutan Kelas IIB Ponorogo meluncurkan program baru bertajuk SAPA DIRI (Sosial–Psikologi Asesmen & Konsultasi untuk Pemulihan dan Reintegrasi) sebagai upaya memperkuat layanan pembinaan berbasis pemulihan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Program ini dirancang untuk memastikan WBP tidak hanya menuntaskan masa pidana, tetapi juga pulih secara mental dan siap kembali ke masyarakat.

Peluncuran SAPA DIRI ditandai dengan kegiatan perdana berupa screening kesiapan mental dan sosial pada Selasa, 2 Desember 2025, di Ruang Kunjungan Rutan Ponorogo. Empat WBP laki-laki yang segera memasuki masa bebas mengikuti proses asesmen dan konsultasi intensif.

Kegiatan ini dipandu oleh empat fasilitator dari program MagangHub Kemnaker yang terdiri dari dua psikolog dan dua sosiolog: Aufa Hana Cahyaningrum, Arina Nur Laila, Silvi Anggraini, dan Anis Wahda Fadilla Adsana.

Program SAPA DIRI menyediakan serangkaian layanan yang meliputi asesmen psikologi, asesmen sosial, konseling individual, hingga perencanaan reintegrasi terstruktur. 

Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi, mengurangi kecemasan jelang masa bebas, serta memperkuat coping skill WBP dalam menghadapi tantangan sosial setelah keluar dari rutan.

Kepala Rutan Kelas IIB Ponorogo, Muhammad Agung Nugroho, menilai SAPA DIRI sebagai langkah penting untuk menghadirkan pembinaan yang lebih manusiawi dan relevan.

“SAPA DIRI kami hadirkan sebagai ruang aman bagi WBP untuk mengenali diri, menata langkah, dan kembali bermakna. Kami ingin memastikan bahwa setiap WBP tidak hanya siap secara administratif untuk bebas, tetapi juga siap secara mental dan sosial,” ujarnya.

Agung menyebutkan bahwa tantangan terbesar WBP menjelang reintegrasi kerap muncul dari ketidaksiapan emosional dan tekanan sosial di lingkungan asal.

Karena itu, SAPA DIRI difokuskan pada penguatan dasar psikologis dan pemetaan kondisi sosial sehingga proses kembali ke masyarakat tidak berjalan sporadis.

Peluncuran SAPA DIRI juga menandai langkah Rutan Ponorogo memperkuat kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga pelatihan.

Melalui kehadiran fasilitator dari disiplin psikologi dan sosiologi, pembinaan WBP diharapkan lebih komprehensif dan berbasis keilmuan.

“Pemasyarakatan bukan hanya soal menjalani hukuman, tetapi juga memulihkan manusia,” kata Agung.

“Dengan SAPA DIRI, kami ingin memastikan WBP kembali dengan martabat, kesiapan, dan kemampuan untuk membangun kehidupan yang lebih baik," imbuhnya.

Program ini akan dilaksanakan secara berkala dan diperluas untuk menjangkau kelompok WBP lainnya, terutama mereka yang mendekati masa bebas dan membutuhkan pendampingan intensif. (Hms/Red)
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar