Jejak TKW Hilang Mulai Terungkap: 25 Tahun Pencarian Taryuni dan Harapan Seorang Ibu

 
Allena, relawan PMI di Taiwan, menelusuri keberadaan Taryuni sejak 1999. Dari Ponorogo ke Jakarta, benang merah mulai ditemukan, namun waktu terus berjalan | Rabu 30 April 2025 | Foto : Taryuni ( Dok. Ist)

GARDAJATIM.COM: Setelah 25 tahun tanpa kabar, harapan menemukan Taryuni, seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Ponorogo yang diduga hilang di Taiwan sejak 1999 mulai menemui titik terang.

Upaya ini tak lepas dari perjuangan Allena, seorang relawan Palang Merah Indonesia (PMI) yang berdomisili di Taiwan, yang dengan tekun menelusuri jejak Taryuni demi mengembalikan senyum di wajah orang tuanya.

Kisah pencarian ini bermula dari jeritan hati Tarikun, ayah Taryuni, yang sejak lama menanti kabar putri sulungnya. Dalam penelusuran awal, diketahui bahwa Taryuni berangkat ke Taiwan pada 1999 melalui seorang penyalur tenaga kerja bernama Suroso asal Ponorogo. 

Namun, informasi menjadi buntu lantaran Suroso telah meninggal dunia beberapa tahun lalu.

Tim yang dipimpin Allena pun menelusuri lebih jauh dan menemukan informasi bahwa Suroso diduga bekerja sama dengan PT Rastanura, sebuah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang berbasis di Jakarta. 

Dari sinilah muncul nama Jacky, mantan direktur PT Rastanura.

Dikonfirmasi pada Senin (28/4), Jacky menyatakan dirinya baru bergabung setelah tahun 1999, sehingga tidak mengetahui secara langsung soal pemberangkatan Taryuni. 

Meski demikian, ia menyatakan bersedia membantu pencarian.

“Meski saya belum bergabung saat itu, laporan ini menyentuh hati saya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin membantu mencari tahu keberadaan Taryuni,” ujar Jacky.

Jejak lain mengarah pada Irwan, anak dari pemilik awal PT Rastanura. Melalui sambungan WhatsApp, Irwan menyampaikan bahwa ibunya selaku pendiri perusahaan telah meninggal dunia. 

Irwan sempat melanjutkan usaha sang ibu sebelum menutup perusahaan tersebut pada tahun 2002.

“Saat itu saya masih kuliah. Setelah ibu meninggal, saya sempat melanjutkan usahanya, tapi tidak sanggup. Tahun 2002 saya tutup dan jual perusahaan itu. Saya tidak tahu-menahu soal keberangkatan Taryuni, tapi kalau bisa membantu keluarga yang sedang mencari, saya siap bantu sebisa saya,” ujar Irwan.

Di tengah upaya pencarian yang masih berlangsung, harapan tetap hidup. Dari sebuah rumah sederhana di Ponorogo, seorang ibu yang terbaring sakit selama 13 tahun terus memanjatkan doa agar dapat memeluk kembali putri yang telah lama hilang dari pelukannya.

Semoga kabar ini sampai ke telinga Taryuni, di manapun ia berada. Keluarga masih menanti. Ibu masih menanti. Waktu belum habis, namun harapan kini berpacu dengan waktu. (Arg)

Editor: Redaksi

0/Post a Comment/Comments