-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
DIRGAHAYU BHAYANGKARA ke-79 - POLRI UNTUK MASYARAKAT
[getWidget results='3' label='comments' type='list']

Diduga Terjadi Pungli di Kawasan Wisata Monumen Jenderal Sudirman, Dinas Pariwisata Pacitan Diminta Tindak Tegas


Kawasan wisata Monumen Jenderal Sudirman yang ada di Pakisbaru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. (FOTO: dok.gardajatim)


GARDAJATIM.COM: Akhir tahun ajaran, sekolah-sekolah di Pacitan mulai dari tingkat Kelompok Bermain (KB) hingga jenjang SLTA menggelar berbagai kegiatan baik indoor maupun outdoor untuk memberikan pengalaman tersendiri bagi anak-anak didiknya.

Tak terkecuali salah satu sekolah Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (TK) yang ada di Kecamatan Bandar. Para wali murid dan guru sepakat mengadakan kegiatan pelepasan siswa-siswinya di salah satu tempat bersejarah yang ada di kabupaten Pacitan, yakni Monumen Jenderal Sudirman yang ada di Desa Pakis, Kecamatan Nawangan pada Rabu (18/6/2025) lalu.

Hal itu dimaksudkan agar para generasi bangsa bisa mengenal sejarah perjuangan para pahlawan Nasional untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga dirangkaikan dengan kegiatan outbound untuk anak-anak tersebut.

Tetapi usai kegiatan itu selesai, hal kurang mengenakkan dialami oleh rombongan tersebut. Salah satu oknum penjaga yang ada di kawasan Monumen Jenderal Sudirman (Mojensu) mendatangi rombongan dan meminta membayar retribusi kepada rombongan dengan arogan dan tidak ramah.

Menurut ES, salah satu guru Kelompok Bermain mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan pelepasan siswa-siswi sekaligus outbond ditempat bersejarah Monumen Jendral Sudirman.

"Siswa-siswi dan orang tua wali sangat antusias kegiatan tersebut selain terjangkau juga menghemat anggaran, ” ucapnya saat diwawancarai.

"Tapi sangat di sayangkan, waktu akan keluar dari lokasi Monumen Jendral Sudirman salah satu oknum petugas jaga tiba-tiba mendatangi kami dan menanyakan mana gurunya dengan nada seperti marah-marah dan arogan gitu. Petugas kan seharusnya ramah terhadap pengunjung," tuturnya menirukan oknum petugas tersebut.

Tak sampai disitu, menurut guru yang lain, oknum tersebut juga meminta pembayaran retribusi sebesar Rp 500.000 kepada rombongan. Namun setelah dinego hanya diminta membayar Rp 300 ribu rupiah.

"Awalnya itu minta 500 ribu, katanya tiketnya 5.000 per anak. Saya bilang jumlah anak didik kami 30, tapi oknum itu tidak percaya. Akhirnya setelah dinego cuma disuruh membayar 300 ribu, katanya biar sama-sama jalan. Dan kita cuma diberikan nota tangan," beber UG, salah satu Guru TK dari kecamatan Bandar.

Sementara itu, Turmudzi, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparbudpora) Pacitan saat awak media klarifikasi belum bisa memberikan keterangan. Saat media chat via WhatsApp messenger hanya dibaca.

Dari kejadian ini, masyarakat berharap kepada para pengelola wisata yang ada di kabupaten Pacitan untuk bersikap ramah dan memberikan kenyamanan kepada para pengunjung, sehingga tidak menimbulkan trauma dan citra buruk bagi wisatawan.

Selain itu, pemerintah melalui dinas terkait harus menindak tegas oknum yang melakukan hal-hal semacam ini. Hal itu agar PAD Pacitan terus meningkatkan dengan banyaknya wisatawan yang datang. (Eko)
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar






Iklan layanan masyarakat