Tradisi Grebeg Maulid Coper Resmi Masuk Kalender KEPO Ponorogo
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Ribuan warga Desa Coper tumpah ruah di halaman Masjid Ishaq mengikuti tradisi Grebeg Maulid yang tahun ini resmi masuk kalender Kharisma Event Ponorogo (KEPO). (Foto: AMO) |
Mereka datang untuk merayakan tradisi turun-temurun: Grebeg Maulid Nabi Muhammad SAW, sebuah warisan leluhur yang hingga kini terus hidup di tengah masyarakat.
Salah satu momen yang selalu ditunggu-tunggu adalah sebar uang koin. Anak-anak berlarian, orang tua pun ikut berebut, semua larut dalam keceriaan yang diyakini membawa berkah. Menurut Damanhuri, Kepala Desa Coper, tradisi ini bermula dari kebiasaan sederhana para sesepuh.
“Dulu masjid di Coper punya kolam pencucian kaki. Para sesepuh menyebar uang koin di sana, dengan maksud menarik minat warga agar datang ke masjid. Pancingannya uang koin, biar makin banyak jamaah. Itu cerita bapak dan nenek saya dulu,” kisahnya.
Kini, meski kolam itu sudah tak ada, tradisi sebar koin tetap dipertahankan sebagai bagian dari Grebeg Maulid. Bedanya, koin dilemparkan di halaman masjid setelah doa bersama, namun makna kebersamaan dan semangat syiar tetap terasa.
Selain sebar koin, Grebeg Maulid juga diramaikan dengan ambengan. Ratusan ambengan dari warga berjejer rapi, sebagian berukuran jumbo dengan isian hasil bumi, nasi tumpeng, dan lauk-pauk.
Yang paling menonjol adalah Ambeng Naluri, gunungan nasi lengkap dengan ingkung ayam utuh yang diarak berkeliling sebelum akhirnya dibagikan kepada masyarakat.
Tak hanya itu, rangkaian acara Grebeg Maulid juga diisi dengan ziarah ke makam Kyai Iskak, putra dari Kyai Kasan Besari Tegalsari, serta kegiatan religi di Masjid Ishaq yang diyakini sebagai boyongan dari Masjid Tegalsari. Semua itu menjadi bukti kuat bahwa Grebeg Maulid bukan sekadar ritual, melainkan juga cara warga menjaga warisan leluhur.
“Grebeg Maulid ini bukan hanya perayaan lahir Nabi Muhammad SAW, tapi juga menguatkan ikatan sosial, sekaligus menunjukkan cinta kepada Rasulullah,” tambah Damanhuri.
Tahun ini, Grebeg Maulid Coper mendapatkan kabar istimewa. Bupati Ponorogo, H. Sugiri Sancoko, yang hadir langsung dalam acara itu, mengumumkan bahwa tradisi tersebut resmi masuk dalam kalender Kharisma Event Ponorogo (KEPO).
“Grebeg Maulid Coper ini unik, punya karakter kuat, dan sudah berlangsung sejak nenek moyang. Ada Ambeng Naluri, ada sebar koin, semuanya adalah wujud kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan masuk KEPO, pemerintah tentu akan memberi dukungan, termasuk dari sisi anggaran,” tegasnya.
Kebahagiaan warga pun semakin lengkap. Anggota DPRD Ponorogo Fraksi Golkar, Moh. Komarudin, yang juga putra asli Coper, turut mengapresiasi langkah pemkab.
“Dengan adanya KEPO ini sangat bagus, Tradisi ini akan semakin terjaga, bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat karena berpotensi jadi daya tarik budaya dan wisata,” ungkapnya.
Kini, Grebeg Maulid Coper tidak lagi sekadar milik warga desa. Tradisi ini telah naik kelas menjadi bagian dari agenda resmi kabupaten. Lebih dari itu, ia menjadi simbol kebersamaan, pengingat akan akar sejarah, sekaligus ikon budaya Ponorogo yang semakin membanggakan. (AMO/Rimb)
Sebelumnya
...
Berikutnya
...
