Budaya Tak Lekang! Mirza Ananta & Disbudpar Jatim Meriahkan Bungkal Lewat Guyon Maton Percil Cs
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Mirza Ananta, S.Sos., Anggota DPRD Provinsi Jatim Fraksi NasDem. (Foto: doc. Gardajatim.com) |
Acara tersebut berlangsung meriah di Lapangan Desa Bancar, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Jumat (24/10/2025) malam.
Kegiatan yang bertajuk Pelestarian Seni Budaya 2025 ini dihadiri langsung oleh Anggota Komisi C DPRD Jatim, Mirza Ananta, S.Sos., beserta istri, Kepala UPT Wilwatikta Disbudpar Jatim Samad Widodo, Wakil Ketua DPRD Ponorogo Pamuji, pengurus Fraksi NasDem, Forkopimca Bungkal, serta para kepala desa se-Kecamatan Bungkal.
![]() |
| Sinden memberi jamu kepada tamu undangan. |
Kadisbudpar Evy Afianasari melalui Samad Widodo menyampaikan, bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memperkuat sektor ekonomi kreatif dan pelestarian budaya daerah.
“Ini adalah bentuk sinergi antara legislatif dan eksekutif dalam pengembangan ekonomi kreatif. Harapannya, seni budaya seperti campursari dapat menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat dan memperkuat ekosistem kreatif di Jawa Timur,” jelasnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Jatim Fraksi NasDem, Mirza Ananta menegaskan, bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata sinergi antara pihak legislatif dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menjaga eksistensi seni budaya tradisional.
“Kami berkomitmen terus mendukung kegiatan budaya seperti ini. Tahun lalu digelar di Kecamatan Sukorejo, dan tahun ini di Bungkal. Insyaallah, ini akan menjadi agenda tahunan yang terus berlanjut,” ujar Mirza.
![]() |
| UMKM lokal bergeliat dalam acara budaya di Desa Bancar. |
“Selain memberikan hiburan kepada masyarakat, kegiatan ini juga merupakan bagian dari melestarikan budaya Jawa agar tidak tergeser oleh budaya luar yang saat ini sangat deras masuk ke masyarakat. Ini sangat luar biasa dan perlu terus dijaga,” ujar Mirza.
Ia juga menambahkan, penyelenggaraan kegiatan seni budaya seperti ini memiliki dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat sekitar.
“Dengan adanya hiburan rakyat seperti Campursari Guyon Maton, secara tidak langsung dapat menghidupkan kembali usaha UMKM, khususnya di sekitar lokasi acara. Banyak pedagang kecil yang ikut merasakan manfaatnya,” jelasnya.
Mirza menegaskan pentingnya menumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian lokal, terutama di kalangan generasi muda.
“Melalui acara seperti ini, masyarakat menjadi lebih bangga dan mencintai budaya daerah sendiri, bukan hanya terpengaruh oleh budaya luar. Ini bentuk nyata upaya membangun kebanggaan terhadap budaya Jawa,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya wadah seperti Campursari sebagai sarana pengembangan kreativitas dan bakat seniman lokal.
“Campursari memberi ruang bagi penyanyi, pemain musik, dan penari lokal untuk menyalurkan bakat serta mengembangkan kreativitasnya. Ini juga membuka peluang bagi generasi muda untuk belajar seni musik tradisional agar budaya kita tidak punah,” tutur Mirza.
Meski suasana malam itu sempat diguyur gerimis, Mirza bersama masyarakat tetap bertahan menikmati guyonan segar dari Cak Percil Cs, yang berhasil menghibur ribuan warga dengan humor khas dan lagu-lagu campursari yang menggugah nostalgia.
![]() |
| Cak Percil Cs tampil memukau. |
Penampilan mereka menambah kemeriahan malam yang berjalan dengan cuaca terang benderang, menutup acara dengan tawa dan tepuk tangan meriah dari penonton.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya tidak hanya tanggung jawab seniman, tetapi juga hasil sinergi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat. Melalui kegiatan seperti ini, semangat menjaga dan mengembangkan budaya lokal terus menyala di Bumi Reog Ponorogo. (Fjr)
Sebelumnya
...
Berikutnya
...




