Ngopi Biar Perkasa? Ini Kata Dokter Urologi Ponorogo
Redaksi
... menit baca
![]() |
| Mbah Tekluk, Legenda Kopi Ponorogo. (Foto Nanang Diyanto) |
Dari petani, sopir, pedagang pasar, hingga pegawai kantoran, semua singgah melepas penat sambil menyeruput pahit yang hangat.
Seperti biasa, perbincangan di meja panjang cepat melebar dari politik, bola, hingga topik klasik: soal stamina lelaki. “Ngopi kuwi ben kuat, rek,” celetuk seorang pelanggan, disambut gelak tawa teman-temannya.
Keyakinan bahwa kopi bisa membuat pria lebih “perkasa” sudah lama beredar, seolah-olah jadi bagian dari budaya ngopi di Ponorogo.
Untuk meluruskan mitos itu, saya menemui dr. Riza Mazidu Sholihin, Sp.U, dokter spesialis urologi RSUD dr. Harjono Ponorogo.
![]() |
| dr. Riza Mazidu Sholihin, Sp.U., bersama secangkir kopi. |
Ia saya temui di kampus kesehatan Akafarma Sunan Giri Ponorogo, di sela-sela ia mengajar mahasiswa. Dengan senyum ramah, dr. Riza menanggapi mitos kopi dan kejantanan.
“Banyak pasien laki-laki yang datang menanyakan hal yang sama,” ujarnya. “Kopi memang membuat tubuh lebih segar, tapi kalau dianggap bisa jadi obat kuat, itu keliru," imbuhnya.
Secara ilmiah, jelasnya, kafein dalam kopi memang bisa melancarkan aliran darah dengan cara melebarkan pembuluh, termasuk ke organ vital pria.
Ada penelitian yang menunjukkan pria yang minum setara dua hingga tiga cangkir kopi per hari lebih jarang mengalami disfungsi ereksi dibandingkan yang tidak minum kopi sama sekali. Tetapi, kopi tidak bisa menggantikan terapi medis.
“Kalau ada faktor risiko seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, atau kebiasaan merokok, ya tetap saja bisa mengalami gangguan ereksi. Kopi tidak bisa menghapus kerusakan pembuluh darah akibat penyakit itu,” katanya.
Ia bercerita tentang seorang pasien paruh baya, penggemar kopi Tekluk, yang setiap hari minum tiga gelas penuh.
Meski begitu, pasien itu tetap datang dengan keluhan lemah syahwat. Setelah diperiksa, penyebabnya jelas: diabetes dan tekanan darah tinggi.
“Nah, masalah utamanya bukan kurang kopi, tapi kerusakan pembuluh darah. Jadi jangan berharap kopi bisa jadi jimat,” ujarnya sambil tersenyum.
Meski begitu, dr. Riza tidak menolak manfaat kopi. Justru dalam jumlah wajar, kopi bisa memberi banyak kebaikan bagi tubuh.
Penelitian internasional yang dimuat dalam British Medical Journal tahun 2017 menunjukkan, bahwa minum tiga sampai empat cangkir kopi per hari menurunkan risiko diabetes, penyakit hati, hingga Parkinson. Bahkan, risiko kematian akibat penyakit jantung turun hingga 19 persen.
Namun ada catatan penting: kopi sebaiknya diminum tanpa gula.
“Kalau setiap kali ngopi ditambah dua atau tiga sendok gula, ya malah menambah risiko diabetes. Jadi lebih sehat kalau kopi dinikmati apa adanya, pahit alami,” pesan dr. Riza.
Ia menambahkan, batas aman kafein menurut WHO adalah sekitar 400 miligram per hari, setara tiga sampai empat cangkir kopi.
Lebih dari itu, bisa menimbulkan jantung berdebar, sulit tidur, atau gangguan lambung.
Dan untuk ibu hamil, kopi bisa berbahaya karena meningkatkan risiko kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat rendah.
![]() |
| Mbak Yu Katini, menantu Mbah Tekluk meneruskan jualan kopi. |
Obrolan di warung Mbah Tekluk mungkin akan selalu penuh dengan mitos bahwa kopi bikin jantan.
Tetapi dokter urologi itu menegaskan: keperkasaan pria ditentukan oleh gaya hidup, bukan isi cangkir.
Olahraga teratur, tidur cukup, berhenti merokok, mengendalikan gula darah, dan rutin memeriksakan kesehatan prostat jauh lebih penting.
Kopi Tekluk memang tetap jadi sahabat banyak orang Ponorogo, perekat persaudaraan, sekaligus penghangat malam dingin.
Tetapi biarlah ia dinikmati sebagai tradisi dan bagian dari gaya hidup sehat, bukan sebagai jalan pintas menuju kejantanan. Karena pada akhirnya, lelaki perkasa bukanlah yang kuat minum kopi, melainkan yang kuat menjaga kesehatannya sendiri.
Penulis: Nanang Diyanto
Editor: Redaksi
Sebelumnya
...
Berikutnya
...


