-->
bWJ4VIvabJt7GuIhCGKP0i6PjNDtbsjBe315cFMJ
Bookmark
PROMOSIKAN BISNIS ANDA DISINI - HUBUNGI: +62 856-5561-5145

Ketua PSSI Ponorogo yang Tak Sempat Memulai: Kisah Terakhir dr. Yunus Sebelum OTT

dr. Yunus Mahatma, Sp.PD. (Foto: Arsip Gardajatim.com)
GARDAJATIM.COM:
Kisah dr. Yunus Mahatma, Sp.PD, seolah menggambarkan ironi antara mimpi dan takdir. Meski belum secara sah, ia sempat ditunjuk sebagai Ketua PSSI Kabupaten Ponorogo oleh Bupati Sugiri Sancoko.

Direktur Rumah Sakit Daerah Harjono (RSDH) itu tak sempat memulai langkahnya membenahi sepak bola Bumi Reog.

Tiga hari setelah penunjukan itu, Yunus justru ikut terseret dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat, 7 November 2025.

Yunus diamankan bersama Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Sekda Agus Pramono, dan Sucipto, seorang rekanan proyek di lingkungan RSDH.

Kasus itu diduga terkait suap perpanjangan masa jabatan direktur RSDH. Nama Yunus kini menjadi bagian dari pusaran besar dugaan korupsi yang tengah disorot publik Ponorogo.

Padahal, hanya tiga hari sebelumnya, suasana di lobi RSDH masih hangat dengan canda dan tawa. Yunus, dengan gaya santainya yang khas, berbicara kepada sejumlah wartawan mengenai amanah barunya sebagai Ketua PSSI Ponorogo menggantikan Rizal Akbar yang dikabarkan “menghilang tanpa kabar.”

“Saya dimasukkan berita dong, sekarang saya ditunjuk Pak Bupati jadi ketua PSSI  menggantikan," ujarnya sambil tersenyum pada Selasa, 4 November 2025.

Tak ada tanda-tanda bahwa badai besar akan datang. Dengan penuh semangat, Yunus kala itu menjelaskan rencananya membangun kembali Persepon, klub kebanggaan masyarakat Ponorogo.

Ia tak bicara muluk-muluk, targetnya sederhana namun realistis: membawa Persepon menapaki kembali jalur kompetitif dari Liga IV menuju Liga III Jawa Timur.

“Yang penting Persepon bisa ikut Liga IV dan juara grup, lalu masuk Liga III Jatim,” katanya saat itu, bertepatan dengan peringatan HUT RSDH ke-108.

Bagi rekan-rekannya, kecintaan Yunus terhadap sepak bola bukan hal baru. Ia dikenal aktif mendukung kegiatan olahraga, bahkan sering menjadi sponsor kecil untuk turnamen antar instansi. Beberapa kali, ia juga turun langsung menyumbangkan perlengkapan tim lokal.

“Bola itu bukan sekadar olahraga, tapi wadah semangat dan kebersamaan,” ucapnya.

Kini, semangat itu seolah terhenti di tengah jalan. Rencana besar membangun Persepon dan memajukan sepak bola Ponorogo tak sempat dijalankan.

Kisah Yunus menjadi potret pahit dari seorang dokter yang mencintai olahraga, tapi akhirnya terseret dalam arus besar kasus suap yang mengguncang Bumi Reog.

Di tengah sorotan tajam terhadap praktik suap jabatan di Ponorogo, nama Yunus Mahatma kini tercatat bukan hanya sebagai direktur rumah sakit dan calon pembaharu sepak bola, tapi juga sebagai salah satu tersangka dalam kasus yang mencoreng citra birokrasi daerah.

Namun bagi sebagian orang yang mengenalnya, sosok Yunus tetap meninggalkan kesan manusiawi: sederhana, hangat, dan penuh semangat membangun.

Waktu akan menjawab, apakah ia kelak masih memiliki kesempatan untuk menebus mimpinya yang tertunda, melihat Persepon kembali berjaya di lapangan hijau. (Haiponorogo/Fjr)
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar